Bagaimana rasanya jika engkau bisa bersama dalam satu lingkaran besar yang di sana ada anak-anak kecil nan lincah, ada orang-orang asing, ada aktivis mahasiswa, dan ada tentara? Tentu ini menjadi momen yang langka untuk terjadi. Bahkan mungkin mengumpulkan mereka untuk hadir dalam sebuah momentum seperti itu adalah hal yang sulit, meskipun bisa dilakukan. Dan hari ini momentum itu terwujud. Berawal dari sebuah sekolah yang sedang dirintis oleh para pejuang di pinggir Sungai Bengawan Solo maka pertemuan sore hari ini menjadi sebuah keniscayaan.

Membangun sebuah sekolah alam yang jelas konsepnya berbeda dengan kebanyakan sekolah yang ada bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika orang seringkali mengatakan orang-orang yang berjuang di sana sebagai pelawan arus, ternyata Pak Yudi selaku salah satu pendirinya berkata bahwa mereka bukan penentang arus, karena pasti kalah jika melawan arus yang besar di negeri ini. Mereka hanya mencoba menciptakan arus agar pendidikan negeri ini kembali kepada asas yang digariskan oleh Ki Hajar Dewantara.

Tak hanya cemoohan yang dihadapi, perjuangan untuk membangun kepercayaan masyarakat yang kerap sekali dicederai fitnah dari mulut-mulut orang yang dengki. Bahkan pemerintah pun ikut-ikutan mengganggu dengan sulitnya memperoleh izin pendirian sekolah tersebut. Alasannya klasik, uang. Sekolah-sekolah swasta yang uangnya berjubel mereka dengan mudah mendapatkan izin untuk beroperasi. Tetapi sekolah-sekolah perjuangan semacam ini yang berangkat dari sebuah bentuk survivalitas dan upaya penyelamatan anak-anak yang terlanjur di cap bodoh oleh sekolah-sekolah negeri sehingga ditolak ternyata sulit sekali keluar izinnya.

Tapi Allah maha adil, setiap perjuangan itu akan menunjukkan titik terang. Sekolah ini telah dirintis sejak 2 tahun yang lalu, dan kini tanda-tanda bantuan itu telah datang. Sejak komandan salah satu batalyon Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura mendengar adanya proyek sekolah alam di dekat daerahnya beliau serta merta tertarik dan ingin bertekad untuk membantunya. Pengalaman saat berlatih di Australia dan melihat bagusnya pendidikan mereka di sana membuat sang komandan akhirnya menunjukkan iktikad baik untuk membantu sekolah itu berkembang.

Sekolah Alam Bengawan Solo adalah harapan untuk masa depan Indonesia. Hari ini telah mulai bermunculan banyak sekolah alam di negeri ini. Sebagai jawaban atas sekolah yang menjadikan kelas-kelas sebagai tempat layaknya panci bertekanan, demikian kata Bapa Ranchodas. Komunitas Pintu, Rumah Hebat Indonesia, bahkan kegiatan mahasiswa UNS pun perlahan mulai banyak menyasar untuk membantu perkembangan sekolah tersebut. Bahkan pada pekan ini, ada tiga mahasiswa asing yang ikut program AISEC dari Polandia, China dan Taiwan juga ikut bersama membimbing anak-anak. Meskipun anak-anak tak bisa berbahasa Inggris, dan mereka juga tidak bisa berbahasa Indonesia tetapi keakraban mereka tampak dengan bahasa isyarat.

Suasana buka bersama sore ini menjadi sesuatu banget. Bahkan The New You Institute yang sedang ada agenda di Solo pun ternyata juga ikut hadir. Nuansa yang sangat komplit terasa sekali. Sebuah kebersamaan untuk kepedulian bersama. Siapa lagi yang akan menyelamatkan generasi negeri ini jika bukan orang-orang “gila“ yang berani mengambil pilihan seperti ini. Hari ini optimisme itu terus hadir, bahwa harapan itu masih ada.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.