Yang tidak kalah penting, kepemimpinan itu adalah proses yang tidak dapat diakselerasi seperti mengembangkan roti atau membuat kembang gula. Ia tumbuh secara masif melalui berbagai penempaan yang hebat sejak kecil. Jika ingin pemimpin itu menjelma di usia belia, maka tarbiyah kepemimpinan itu juga harus sudah dipersiapkan sejak kecil, bahkan jauh sebelum masa itu, yaitu masa membina rumah tangga. Rasulullah menjelma menjadi pemimpin paling efektif di dunia karena memang pengalaman hidup dan berbagai proses pembelajaran masif telah dihimpunkan Allah untuknya sehingga ketika wahyu turun beliau telah menjadi pribadi yang sangat siap untuk menanggung segala tugas yang super berat itu. Begitu pun dengan pemimpin-pemimpin hebat yang lain, mereka pasti tumbuh dengan karakter yang dia bina dan dia bentuk sejak kecil lewat bimbingan para guru terbaik yang pernah ada.
Dari sini perlukah sebuah pencitraan untuk seorang calon pemimpin? Karena berkembangnya media masa dan tumbuhnya model demokrasi sehingga istilah itu kemudian dimunculkan, bahkan dalam ini menjadi propaganda rutin dalam menyukseskan kepemimpinan. Sekali lagi pertanyaannya pentingkah ini semua? Melihat dari kredibilitas pemimpin-pemimpin besar yang telah lalu dan wafat itu maka secara pribadi aku tidak terlalu menganggap hal itu penting. Mengapa? Ketika memang pemimpin itu baik dan kredibel, maka sebesar apa pun fitnah yang dialamatkan kepada mereka masa sejarah pasti akan mengembalikan namanya, cepat atau lambat. Begitupun ketika ingin mencapai kemenangan maka mereka-mereka itulah sudah pasti dapat memimpin umat ini dengan baik.
Justru yang mengkhawatirkan hari ini adalah kebodohan kolektif dan kemaksiatan kolektif yang dimiliki oleh umat Islam dan bangsa Indonesia inilah yang membahayakan. Karena kebodohan yang terus ditumpuk-tumpuk dan tak kunjung diselesaikan ini yang semakin menyempurnakan penjajahan di negeri sendiri. Silahkan dibuktikan sendiri, asumsiku mengapa kita dapat dijajah selama hampir 3,5 abad lamanya adalah pertama kita sendiri merasa yakin bahwa masa itu penjajahan, padahal itu sebenarnya adalah masa perang, jadi kata penjajahan sendiri yang terus digaungkan oleh para guru sejarah di sekolah-sekolah itu adalah pembodohan. Yang kedua adalah Belanda kokoh berkuasa itu bukan karena tentaranya, tetapi karena para pengkhianat bangsa sendiri yang terus menyembah-nyembah mereka dan kini mungkin darah-darah mereka terwariskan di dada-dada para koruptor dan para pengusaha rakus sekarang.
Mari sebut saja perjuangan rakyat Aceh yang mengagumkan itu akhirnya harus kandas di tangan para pasukan Marsose, disamping juga karena akal bulus si Snouck Hurgronje. Siapa mereka? simak salah satu ulasan sejarah ini
Pasukan ini dibentuk pada tanggal 20 April 1890—digolongkan oleh beberapa kalangan sebagai pasukan komando modern. Menurut Paul van’t Veer, Marsose dibentuk atas prakarsa dari Teuku Muhamad Arif, seorang Jaksa Kepala di Kutaraja, Aceh. Pastinya Teuku Muhamad Arif adalah orang Indonesia yang pro Belanda setelah pendudukan Belanda di Aceh dimulai. Dia memberi nasehat kepada Gubernur Militer Belanda di Aceh, Jenderal van Teijn juga Kepala Staf-nya J.B. van Heutsz, untuk membentuk sebuah unit-unit tempur kecil infanteri yang memiliki mobilitas tinggi. Pasukan ini tentunya pasukan anti gerilya. Pembentukan pasukan ini tidaklah sulit, tahun 1889, Komando Tentara Belanda di Aceh sudah menyusun dua detasemen pengawalan mobil yang memiliki kemampuan antigerilya.
……..
Setiap unit Marsose terdiri dari 20 orang dengan dipimpin seorang sersan Belanda yang dibantu seorang kopral pribumi. Setiap pasukan biasanya terdiri dari satu peleton yang terdiri dari 40 orang dan dipimpin seorang Letnan Belanda. Secara keseluruhan, korps Marsose terdiri dari 1.200 orang—dari berbagai bangsa. Pasukan ini, selain dipersenjatai karaben, juga dipersenjatai dengan senjata tradisional seperti klewang, rencong dan sebagainya.
Lebih lengkap silahkan simak di sini
Nah itulah, jiwa mengkhianati dan membeo adalah efek dari perilaku korup dan bodoh yang harus dienyahkan dari bangsa ini. Siapa lagi garda terdepan untuk menuntaskan masalah ini kalau bukan kaum intelektual. Masak iya sih orang-orang pedalaman bakal menjadi pengkhianat berikutnya. Maka mari selamatkan diri kita masing-masing. Mari kita persembahkan kepemimpinan yang terbaik untuk masa depan.
Mengingat Sejenak
Hari ini adalah 12 Rabiul Awal, hari yang mengingatkan kita pada kelahiran Rasulullah. Sang Fajar yang telah membawa kaum terbelakang pada zamannya bangkit bersinar memimpin dunia, menjadi ghazi Allah yang terus menebarkan kebaikan dan mengajarkan keluhuran budi. Dan hari ini lagi-lagi kita masih menghadapi ujian yang sebenarnya berasal dari masalah kita sendiri, yaitu membuktikan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin (rahmat untuk sekalian alam), bukan cap teroris seperti yang sering dituduhkan karena ulah orang-orang yang diindikasikan kepada Islam. Islam adalah jalan keselamatan, bukan jalan yang menghancurkan.
Semoga tulisan ini dapat membukakan pikiran pembaca yang masih berstigma buruk tentang Islam. Ini sebuah persembahan kecil dari seorang yang telah meyakini keindahan risalah ini. Semoga kita semakin lebih baik dan dewasa dalam memandang setiap perbedaan yang ada ini. Salam kedamaian. Salam keselamatan bagi yang senantiasa mengikuti petunjuk.