Hemm, waktu semester 2 dulu saya memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di sebuah lembaga bimbingan belajar di pinggir bengawan Solo. Gajinya sih tidak begitu tinggi, tetapi waktu itu aku merasa wah sekali setelah mengajukan lamaran kemudian interview dan diterima. Huwa rasanya luar biasa bisa keterima kerja. Sampai akhirnya di awal semester 5 semua kegiatan itu kuhentikan agar dapat fokus di organisasi dan kuliah di kampus, karena semakin banyaknya job ngelesi ternyata berpengaruh signifikan pada penurunan IP-q. Yah, ternyata uang memang menggiurkan.

Setelah keluar dari kerja les di lembaga, aku memilih les privat sendiri yang bisa kuatur sendiri waktunya dan bisa kupilih sendiri muridnya. Untuk orang aneh sepertiku, tidak semua orang kuterima untuk kulesin dan barangkali tidak setiap anak suka dengan gayaku mengajar. Yah, wajar saja, setiap hal itu berpasangan kok. Profesi ini pun kulanjutkan sampai akhir semester 8 kemarin. Dan taraa, aku kok jadi tidak segera mengerjakan skripsi yah. Padahal IP-ku juga tidak jelek-jelek amat (artinya tidak perlu make up kuliah lagi kan). Tapi aku yakin mulai semester 9 ini, pekerjaan yang paling membosankan sepanjang kuliah ini dapat kuselesaikan dengan baik, meskipun amanah organisasi seakan tak mengerti pada orang yang tengah meraba-raba dunianya. Biarlah, tak mengapa.

Al-Abidin Memanggil

Tidak kerja, hanya berharap pada beasiswa, padahal keinginan beli ini itu, terutama buku makin menggila. Ah, kebutuhan pulsa makin membengkak. Ternyata Allah memberikan jawabannya lewat sebuah SMS untuk tawaran mengajar science club di SMP Islam Internasional al-Abidin. Meskipun belum pernah punya pengalaman mengajar, kuberanikan diri untuk mengambil tantangan itu, karena juga terdesak kebutuhan ekonomi. Ah, aku pasti bisa. Insya Allah

Dan kali ini aku merasa lebih baik, karena bukan aku yang mencari pekerjaan, tetapi aku masih dipercaya untuk membimbing anak orang agar menjadi lebih baik. Semoga bisa memenuhi harapan sekolah dan anak-anak yang ingin belajar sains dengan lebih baik.

Hari ini, undangan meeting perdana untuk guru-guru telah dilakukan. Ternyata sekolah Islam terpadu itu memiliki sebuah warna tersendiri yang membuat orang yang bekerja lebih nyaman. Iya lah, pemandangan di dalamnya juga enak di mata kok. Dan itu makin membuat aku nyaman dan enjoy menikmati profesi baru di sekolah ini. Semoga bisa bertahan lama sampai aku bisa mengajari anak-anak untuk membuat produk sains, meskipun hanya sederhana sekali.

Inspirasi Mendirikan Sekolah

Saat Mr. Pam pam, sang Kepala Sekolah memberikan pengarahan, banyak inspirasi baru yang muncul di kepalaku. Intinya semua itu mengerucut pada sebuah mimpi untuk membuat sekolah seperti itu di daerah sendiri nantinya. Yah, mimpi yang pernah ku gambar di atas kertas dan discan Pak Sriyanta waktu SMA akan mengalami sedikit modifikasi seiring dengan perkembangan wawasan dan momentum yang kumiliki. Membuat sekolah yang menjadi garda terdepan dalam menjaga moral dan akhlak bangsa harus menjadi mimpi para aktivis hari ini, khususnya aktivis yang sedang berkecimpung dalam pendidikan. Karena sekolah mandiri yang Islami adalah solusi nyata untuk mencetak generasi-generasi yang salih.

2 Comments

  1. kristal

    tadi tuti cerita ketemu kamu di al abidin..haha aku baru tau kamu ngajar di sini bro! tuti juga ngajar tata boga..atau apa gitu di sana.. katanya kayak ekskul gitu.. selamat menikmati pengalaman!

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.