Mengukur Kredibilitas
Sekelumit kisah di atas telah mengantarkan kita pada pemahaman tentang pentingnya kredibilitas bagi seseorang dalam hidupnya. Berbicara tentang kredibilitas maka sebaiknya mengambil teladan dari orang yang paling kredibel sepanjang masa. Dialah Muhammad Rasulullah, sang al-Amiin, sang penerima gelar kepercayaan, yang tidak pernah disematkan bangsa Arab pada seorang pun sebelumnya dan tidak akan pernah ada orang yang akan mendapat gelar itu setelahnya hingga akhir masa nanti.
Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Dan Rasulullah adalah manusia yang paling kredibel. Cukuplah tulisan Michael Heart yang menempatkannya pada urutan pertama manusia yang paling berpengaruh di dunia menjadi bukti bagaimana beliau adalah manusia yang super kredibel. Apa kaitannya pengaruh (influence) dengan kredibilitas? Kekuatan pengaruh yang beliau timbulkan teramat besar hingga menjadikan dunia ini berubah menjadi tatanan yang lebih baik. Siapa pun yang membaca kisah kerasulannya dengan benar, tentu akan setuju bahwa hanyalah seorang pemimpin yang memiliki kredibilitas sempurna dapat memberi efek hingga beribu tahun, padahal hanya dalam masa kepemimpinan 23 tahun saja. Tidak akan pernah ada cacat yang terungkap dari kehidupannya. Siapa pun yang mencari-cari ketidaksempurnaannya, justru akan terperosok pada jurang kekaguman yang luar biasa, kecuali mereka yang telah termakan kedengkian dan kebencian.
Jika dikaitkan dengan kebutuhan akan pemimpin hari ini, rasanya kita menjadi lebih mudah termakan bisikan iblis untuk berputus asa dan mengeluh. Bagaimana tidak, hari ini kita banyak ditipu oleh aktor yang memerankan pemimpin sehingga kita terperosok dalam jurang euforia kebangkitan yang sejatinya kosong. Kita sulit mengukur kredibilitas seseorang karena terlalu banyak tabir mata kita mulai dari iming-iming materi yang menggiurkan hingga intimidasi yang tak terperikan. Kita semakin sulit menemukan orang-orang yang bisa menjadi satria piningit untuk menegakkan kembali nilai-nilai kebenaran di tengah kerusakan peradaban umat manusia hari ini.
Mengukur kredibilitas manusia hari ini, barangkali dua hal sederhana berikut dapat kita lakukan. Pertama, kisah Pak Kliwon adalah sebuah bukti kecil bahwa masih ada di sekitar kita orang yang kredibel. Tentu kita berbicara dalam konteks keahliannya dalam melayani dan memberikan penyelesaian terbaik atas masalah yang dihadapi para pelanggannya. Mari kita cari dan temukan orang-orang yang seperti beliau dalam aspek yang lain. Kedua, apakah kita sudah termasuk orang yang kredibel? Jika kita merasa belum, boleh jadi sebenarnya kitalah yang menyulitkan diri memahami dan merasakan tentang kredibilitas karena ketidakkredibelan kita.
Bagaimana kabar kredibilitas para generasi muda hari ini? Jika kita masih mendapati aktivis-aktivis yang berapi-api melakukan orasi menuntut keadilan dan memperjuangkan hak-hak rakyat, namun perkuliahan dikampus berantakan bisakah dikatakan kredibel. Jika kita masih mendapati mahasiswa terbiasa memasukkan bungkus permen di laci meja atau menyelipkan dicelah-celah, bisakah mereka dipercaya untuk tidak menyontek saat ujian. Jika kita masih mendapati generasi muda asyik berkendara dengan pasangannya wira wiri saja di jalan di banyak waktunya, sementara orang tua mereka ada yang membanting tulang di sawah atau terkekang di pabrik untuk memenuhi tanggungjawabnya, yakinkah bahwa mereka dapat memikul tanggung jawab kepemimpinan selanjutnya. Mari kita ukur kredibilitas kita masing-masing dan selanjutnya mari berbagi dengan orang lain, saling bertanya untuk memperbaiki kredibilitas kita selagi masih bisa.
…. bersambung
#Diterbitkan dalam buku Belajar Merawat Indonesia 2 untuk Kepemimpinan Alternatif bersama beberapa aktivis Bakti Nusa Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa lainnya.