Baru aja malamnya membahas materi tentang membangun komitmen pemuda muslim, ternyata paginya Allah mempertemukanku dengan seorang yang emang bener-bener keren. Seorang yang inspiratif lagi pejuang. Siapa dia? Seorang yang pernah menjadi rekan kadep di sebuah organisasi LDK, seorang yang telah memilih untuk menikah muda, dan seorang yang qowiy untuk menjadi contoh laki-laki sejati yang komitmen menjaga kehormatan dirinya. Pertemuan yang tak sengaja ketika sarapan pagi itu menjadi penampar dan pengingat betapa tidak ada apa-apanya diriku dan betapa hinanya diriku jika dibandingkan dengan kekokohan akhlak dan tekad yang beliau miliki.
Hemm, selama ini memang keseriusanku mempersiapkan diri untuk membangun keluarga muslim dan memperbaiki diri masih sangat kurang. Kurang sekali. Banyak habis waktuku untuk retorika-retorika dan canda yang kelewatan. Ah, jadi malu jika sering ketemu beliau. Lagi-lagi beliau akan memotivasiku untuk mempersiapkan diri agar memiliki visi yang jelas tentang kapan memulai kehidupan baru itu. Kehidupan yang indah katanya, yang akan mengantarkan kita pada rezeki yang lebih besar, yang akan mengantarkan kita pada perjuangan hidup yang sebenarnya.
Jika flashback dari sejak muda dan ababil hingga kuliah hari ini, oh sungguh terlalu aku. Aku butuh melakukan redesain lagi untuk memperbaiki perjalanan hidupku yang sepertinya semakin kacau dan tidak jelas ini. Aku harus menciptakan jejak indah yang layak untuk menjadi ibrah ke depan. Jejak yang berisi perjuangan dan perjuangan. Jejak yang berisi perjalanan penuh hikmah. Jejak yang membuat hidup kita lebih hidup. Malu malu malu. Plak, kata-kata mas Adnan adalah tamparan peringatan yang begitu keras di pipiku untuk segera sadar dan bangun. “Hei anak muda, waktumu jangan dihabiskan buat senang-senang gitu. Segera buat persiapan yang matang boy!”
Persiapan menikah, kata beliau dimulai dari tekad dan niat yang kuat. Kemudian memacu diri untuk mulai mandiri. Kemudian memacu diri untuk belajar baik tentang fiqih pernikahan maupun seputar kehidupan rumah tangga. Kemudian memacu diri kita untuk mendefinisikan diri dalam status sosial dan kontribusi bagi masyarakat. Dengan menikah maka banyak potensi maksiat yang segera tertutup dan digantikan oleh amalan-amalan yang berpahala. Bener kan? Tanya aja deh sama yang sudah mengalami, contohnya mbak yang inspiratif ini.
Mas Adnan, sarapan pagi ini membuatku mikir panjang mas. Terima kasih ya. Akan kubuktikan ke depan kalau menikah itu indah. Tapi kapan ya? Hanya Allah yang tahu kapan jodohku disiapkan, tinggal aku membuat perencanaan dan melakukan persiapan terbaik. Kata ust. Asrofi waktu akhirussannah kami di SMA dahulu agar jangan buru-buru menikah mungkin ada benarnya bagiku, karena kebabailanku masih harus diselesaikan, tak secepat mas Adnan. Demikian pula pesan mas Adnan, menyegerakan menikah itu akan menjadikan hidup lebih indah. Tidak perlu bingung, yang penting menikah di waktu yang tepat, dengan pilihan yang tepat dan kondisi terbaik. Semoga Allah meridhoi harapan hati ini.
Untuk jodohku yang belum kuketahui, semoga engkau aman di sana, dalam lindungan Allah. Doakan kebaikan untuk calon suamimu ini ya. Semoga kelak bisa menjadi suami dan ayah yang baik. Terima kasih mas Adnan atas inspirasinya tadi pagi.