Hari ini tidak ada yang terlalu spesial bagiku. Kujalani pagi dengan malas, me-nyupir alias nyuci piring, mencuci baju dan serangkaian aktivitas rumahan. Jam pagi dimanfaatkan oleh Mustopa, rekan seperjuanganku di sini untuk mengganti jam pak Darwis di kelas Pendidikan Agama Islam. Aku lebih memilih menghabiskan pagi di rumah melihat televisi yang channelnya berjibun itu. Amboi, di pedalaman ini akses transportasi boleh seret, tetapi urusan tontonan televisi masyarakat sini lebih update dari pada aku yang tinggal di Solo tapi tak setiap hari melihat televisi.
Siang harinya, les kembali dilanjutkan. Aku mengajar matematika anak-anak kelas V SD. Materinya adalah tangga ukuran dari km – mm. Sebuah materi yang masih kuingat betul diajarkan pada kelas IV SD dahulu oleh Bapak Riyadi. Materi itu adalah materi di kelas V menurut buku acuan. Hanya saja sudah menjelang ujian tengah semester, anak-anak tak kunjung mengerti tentang pelajaran itu. Bahkan dalam penjelasan yang singkat les siang itu, mereka tampak bengong. Itu tandanya bahwa hal yang paling dasar tentang permainan koma dan angka dalam desimal mereka juga belum mengerti. So what? Aku mengajak mereka kembali ke kelas bawah untuk belajar tentang pecahan desimal. Yah, semoga sedikit memberi pencerahan. Sedikit saja. Karena waktuku tak banyak di sini.
Kegiatan berikutnya adalah les kaligrafi. Karena tempatnya di ruang kelas, aku lebih leluasa untuk mengajarkan teknik goresan kaligrafi tulisan Latin maupun Arab menggunakan dua mata pena. Kali ini pesertanya lebih banyak dibandingkan yang hari senin kemarin yang hanya segelintir anak laki-laki usil dan cenderung buang-buang kertas saja. Sore ini beberapa anak putri pun turut bergabung untuk belajar menulis dengan cara yang indah itu. Alhamdulillah, bisa mencari bibit unggulan di sini untuk direkomendasikan ke kepala sekolah agar mendapatkan perhatian ke depan sebagai wakil sekolah dalam kompetisi kaligrafi.
Hari yang pendek ini pun berakhir karena kami lebih memilih bernostalgia di rumah, ketimbang keluar.