Sikap Tanggung Jawab yang Luar Biasa

Putusnya aliansi itu menjadi penyulut kesombongan Cao Cao yang sekaligus meningkatkan kelemahannya, yaitu dia semakin lengah. Bahkan keberadaan dua admiral laut yang sesungguhnya menjadi kunci kemenangan Cao Cao seandainya ia tak membuat kesalahan sendiri, hanyalah sebuah kesia-siaan. Dua admiral laut yang sangat ulung dalam navigasi dan mengerti kondisi alam sungai Yang Tze itu adalah musuh bebuyutan kerajaan Wu, yang artinya adalah pasukan yang paling bagus untuk menghancurkan pasukan Wu yang telah ditinggal sekutunya. Namun itulah takdir, kesombongan tidak akan pernah sama sekali membawa kemenangan.

Ketika Sun Quan bertanya kepada Zhuge Liang apakah dia ingin ikut berkhianat? Zhuge Liang berkata, dirinya yang memulai aliansi ini, maka dia berjanji sebagai jaminan kerajaan Shu untuk tetap bersama sampai pertempuran itu berakhir. Dengan keterbatasan pasukan dan peralatan perang yang ada, maka Zhuge Liang akhirnya membuat sensasi dengan membuat taruhan antara dirinya dan Zhou Yu, yang kalah maka dipenggal kepalanya. Bahkan para jenderal di negeri Wu begidik menyaksikan pertaruhan dua sahabat yang sangat dekat itu. Mereka bersepakat dalam senyum optimis yang dijawab oleh senyum kecut para jenderal yang lain.

Zhuge Liang bertaruh bahwa dia dapat mengumpulkan 100.000 anak panah dalam 10 hari ke depan. Sedangkan Zhou Yu bertaruh bahwa dirinya akan memenggal kepala dua admiral laut yang menjadi musuh bebuyutan Wu yang kini telah tunduk di bahwa perintah Cao Cao. H-1, Zhuge Liang masih santai dengan kebiasaannya merenungi dan mengamati alam. Sahabat karibnya yang menjadi penghubung diplomasi waktu di awal justru yang khawatir kalau-kalau Zhuge gagal dan dipenggal kepalanya. Namun apa yang terjadi? Ternyata dia mengetahui bahwa di hari ke sepuluh ada kabut tebal yang akan memisahkan karang merah dengan kapal-kapal Cao Cao yang sudah mangkal dan siap menghancurkan. Zhuge Liang membawa banyak kapal yang dilapisi jerami dan orang-orangan dengan pasukan pemanah terbatas. Mereka memberi sinyal serangan yang disambut oleh Admiral Zhang Mai dkk untuk menghadang. Dalam kondisi berkabut, pasukan Zhuge cukup melepaskan anak panah sekali. Pasukan Mai yang besar akhirnya membalasnya dengan ratusan ribu anak panah. Dan itulah, kecerdasan Zhuge Liang menjawab masalah yang sangat mengerikan dengan aksi sederhana. Karena ratusan ribu anak panah telah menempel cuma-cuma di kapal mereka. Tinggal pulang dan dicopoti, masalah selesai.

Bagaimana dengan Zhou Yu? Dia menggunakan kebiasaan masa mudanya ketika hobi dugem dengan sahabatnya yang kini jadi anak buahnya Cao Cao untuk membuat sandiwara. Pada akhirnya sandiwara itu mampu membuat sahabatnya itu menemukan surat yang tulisannya sama persis dengan tulisan Mai. Surat itu menceritakan pengkhianatan mereka kepada Cao Cao. Momentum yang tepat di hari ke sepuluh itu, saat Zhang Mai pulang dari menyetorkan gratis anak panah (persis seperti kisah dalam surat yang terlanjur di baca Cao Cao) langsung disambut dengan senyum Cao Cao yang mirip Pak Harto waktu jadi presiden dulu. Kepulangan Mai yang diikuti satu kapal skoci berisi jerami dan ratusan anak panah yang menempel membuat Cao Cao tak berpikir panjang untuk mengeksekusi dua admiralnya yang terduga (namun belum terbukti berkhianat). Dasar orang yang tidak pernah percaya pada orang lain, maka bukti surat kecil itu sudah membuatnya cepat memutuskan sesuatu yang akan menjadi kerugian besar baginya.

Sesaat setelah itu, salah satu jenderalnya berkata, kalo admiralnya di bunuh, siapa yang mengenal baik kondisi pelayaran sungai Yang Tze. Baru saja Cao Cao menoleh untuk menghentikan eksekusi itu, kedua admiral itu telah kehilangan kepalanya. Nahas bagi Cao Cao, yang akhirnya lagi lagi ia melemparkan kekesalannya dengan meracun sang diplomat temannya Zhou Yu yang kini sedang menjilat di bawah kekuasaannya.

Hal yang kembali menegangkan terjadi saat Zhuge Liang asyik mengajarkan senjata baru buatannya kepada prajurit Wu, ternyata hitungan anak panahnya kurang empat ratus buah dari target yang dijanjikan. Melihat hal itu, sahabat diplomat yang dari negeri Wu melobi ke Zhou Yu untuk meringankan hukuman. Masak kurang empat ratus doang ga ditoleransi, persis kayak pemimpin kita yang ga bisa menepati janji. Namun setelah beberapa waktu, beberapa prajurit menyusul dengan anak panah tambahan. Sang diplomat marah-marah kepada mereka dan merasa lega karena Zhuge, sahabatnya yang jenius tak jadi mati. Zhuge balik bertanya ke Zhou Yu tentang perkembangan janjinya, Zhou Yu yang belum mendapat kabar apa pun mempersilahkan dia memenggal lehernya. Kali ini yang ketakutan jenderal-jenderal bawahannya. Belum sempat Zhuge melanjutkan eksekusinya, seekor merpati datang membawa kabar bahwa dua panglima kunci kemenangan Cao Cao telah dipenggal. Rupanya Zhuge Liang memang cerdik menempatkan mata-mata yang tidak lain adalah adiknya Sun Quan yang tomboi, Sun Shangxiang di pertahanan Cao Cao. Cerdas! Diplomat dan sang Jenderal tak mengerti dengan dua orang yang luar biasa itu. Aku terkesan dengan tanggung jawab besar mereka sebagai pemimpin dan orang – orang yang telah berjanji.

bersambung ….

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.