Berbicara tentang pendidikan karakter yang sekarang tengah marak dikaji untuk dimplementasikan dalam dunia pendidikan di Indonesia ibarat lautan yang selalu berbuih kemudian hilang kembali jika tidak segera diikuti dengan langkah implementatif. Sudah cukup banyak seminar, lokakarya, workshop, dan berbagai acara pertemuan para ahli untuk mengkaji masalah pendidikan karakter dan implementasinya pada berbagai disiplin ilmu dalam pendidikan namun sampai sekarang belum terlihat proses secara nyata untuk mewujudkan pendidikan karakter yang integral di dunia pendidikan. Justru terkadang pendidikan karakter hanya menjadi isapan jempol bagi para siswa karena memang tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diaplikasikannya pembelajaran berbasis karakter.

Misalnya dalam pembelajaran IPA, khususnya fisika, sejak pendidikan karakter mulai dicanangkan dan diimplementasikan oleh sekolah sampai sekarang belum memberikan perubahan yang signifikan. Realita yang ada di lapangan masih banyak siswa yang terbiasa membuang sampah sembarangan, merusak tanaman, jajan makanan yang banyak mengandung zat kimia, dan sebagainya. Bukankah pendidikan IPA seharusnya menumbuhkan karakter siswa untuk lebih bersahabat dengan lingkungan dan memanfaatkan lingkungan sesuai dengan kadar yang aman. Hal ini tidak mengherankan, karena masih banyak juga guru IPA yang merokok saat mengajar, mengendarai mobil ke sekolah, dan berbagai tingkah aneh yang tidak mencerminkan seorang cendekiawan dalam bidang IPA.

Tidak ada yang perlu disalahkan dengan realita tersebut karena ia merupakan bukti bahwa pendidikan karakter yang sedang dibumikan oleh pemerintah kita ibarat api jauh dari panggang. Sampai sekarang belum ada keynote yang jelas untuk dijadikan pedoman yang dapat diimplementasikan secara nyata, karena memang bangsa kita saat ini baru “sadar” dan “belajar” untuk bangkit dan mengejar keterbelakangan kualitas pendidikannya.

Maka dari itu, penulis tergerak hatinya untuk mencoba menawarkan sebuah solusi untuk menjawab berbagai paradoks yang telah dipaparkan di atas. Membangun karakter bangsa melalui dunia pendidikan berarti membangun insan pendidikan agar memiliki karakter unggul untuk mewujudkan tujuan nasional. Ada sebuah kata kunci yang bagus, “orang yang berkarakter pastilah orang yang baik, tetapi orang yang baik belum tentu berkarakter” karena orang yang berkarakter adalah orang yang baik dan memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan kebaikannya. Sesuai dengan latar belakang sebagai calon pendidik bidang ilmu fisika dan IPA, maka penulis menawarkan sebuah konsep implementasi pembelajaran fisika terintegrasi untuk membentuk pemahaman holistik dan karakter sadar lingkungan bagi siswa SMA.

Pembelajaran fisika terintegrasi merupakan sebuah gagasan yang digulirkan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia agar para siswa SMA memiliki pemahaman dan cara berpikir yang holistik terhadap permasalahan yang ada di lingkungan mereka. Gagasan ini muncul karena para siswa mengalami dikotomi atau trikotomi atau mungkin banyak kotomi pengetahuan. Mereka mengkotak-kotakan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah dan seoalah-olah tidak ada kaitannya sama sekali. Sehingga pembelajaran yang mereka ikuti hanyalah bagaimana mengerti sebuah teori kemudian menggunakan dalam sebuah soal yang sederhana dan mungkin lebih tepatnya penuh dengan khayalan karena barangkali soal-soal ulangan yang mereka kerjakan tidak pernah terealisasi dalam kehidupan nyata. Maka dari itu, pembelajaran Fisika terintegrasi ditawarkan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Permasalahan selanjutnya, bagaimana cara mengimplementasikan pembelajaran Fisika terintegrasi tersebut? Sebelum kita kaji lebih jauh ada baiknya kita ulas tentang standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Dalam Permendiknas RI nomor 23 tahun 2006 dijelaskan bahwa standar kompetensi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kualitas lulusan/ peserta didik. Kompetensi dasar adalah rincian dari standar kompetensi yang berupa poin-poin kompetensi yang harus dikuasai peserta didik agar dapat dinyatakan lulus atau telah menjalani proses belajar dengan baik. Masing-masing SK dan KD tersebut terbagi dalam berbagai mata pelajaran yang tersusun secara berjenjang mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Adapun konsep fisika terintegrasi adalah sebuah cara untuk mengkombinasikan berbagai SK dan KD dalam pembelajaran fisika dalam sebuah obyek kajian nyata yang ada di lingkungan sekitar sehingga mampu memicu pikiran peserta didik untuk berpikir holistik, realistis dan solutif. Fisika terintegrasi dapat diaplikasikan untuk jenjang pendidikan menengah yaitu SMA

Contoh aplikasi pembelajaran Fisika terintegrasi adalah pada pembahasan tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan dampaknya terhadap lingkungan. Adalah suatu kesalahan jika pembahasan nuklir hanya milik orang fisika. Dan lebih salah lagi jika nuklir hanya boleh dipelajari dalam fisika. Dengan model pembelajaran fisika terintegrasi, pembahasan tentang nuklir adalah sebuah pembahasan yang sangat menakjubkan karena di dalamnya akan ada observasi, eksplorasi, dan refleksi. Dimensi yang akan dirasakan para peserta didik tidak hanya bagaimana mereka memahami nuklir sebagai sebuah hal yang menakjubkan di alam, tetapi juga dimensi kekaguman terhadap kekuasaan Allah yang Maha Mengatur dan Maha Memelihara.

Bagaimana bentuk kombinasi keterpaduan SK dan KD dalam pembelajaran Fisika terintegrasi untuk kajian tentang nuklir tersebut? Berdasarkan uraian sebelumnya, model keterpaduan yang paling sesuai dalam mengkombinasikan SK dan KD untuk pembelajaran fisika teringrasi adalah keterpaduan jaringan (network), yaitu keterpaduan yang melibatkan SK dan KD dari berbagai mata pelajaran yang berbeda rumpun karena dalam pembahasan nuklir SK dan KD mata pelajaran ilmu alam, sosial, statistika, bahkan kajian keagamaan juga bisa masuk di dalamnya, meskipun kajian sains paling dominan di dalamnya.

Kemudian bagaimana membuat derivasi kajian tentang nuklir tersebut? Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat tabel derivasi agar kita lebih mudah merumuskan indikator dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Tabel identifikasinya misalnya adalah sebagai berikut:

 

No.

Derivasi Permasalahan

Disiplin Ilmu dan SK-KD

1.

Radioaktivitas dan perhitungan matematisnya FisikaSK :Menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam teknologi dan kehidupan sehari-hariKD :Mengidentifikasi karakteristik inti atom dan radioaktivitas

2.

Reaktor Nuklir dan teknik pembangunan PLTN FisikaSK :Menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam teknologi dan kehidupan sehari-hariKD :Mendeskripsikan pemanfaatan radoaktif dalam teknologi dan kehidupan seharihari

3.

Sumber daya alam – efisiensi sumber energy ……………..

4.

Analisis dampak lingkungan pembangunan PLTN …………………

5.

Analisis dampak sosial ekonomi sebelum dan sesudah pembangunan PLTN ……………….

6.

dst ……………….

Dengan adanya derivasi kajian di atas, maka pembahasan tentang nuklir menjadi lebih jelas dan terarah.

Selanjutnya, pembelajaran dapat direncanakan secara fragmented  berdasarkan table tersebut dengan diawali sebuah pertemuan untuk menjelaskan keseluruhan materi yang akan dibahas. Dengan cara ini, pembelajaran Fisika akan terasa menyenangkan dan bermakna. Siswa akan mengenal permasalahan di sekitarnya dalam dimensi yang kompleks karena pemahaman yang holistic.

Dalam realisasinya, guru fisika dapat mengajak guru lain secara tim untuk mengkaji permasalahan yang diluar kajian fisika sehingga sekaligus dapat menyampaikan konsep materi dalam disiplin ilmu yang lain. Jadi model pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan terjadinya kolaborasi dan kombinasi antar mata pelajaran dalam satu pekan pembelajaran di sekolah.

Akhirnya, dengan pembelajaran fisika terintegrasi ini, akan lahir jiwa-jiwa baru yang sadar akan kondisi sekelilingnya dan kemudian diwujudkan dalam berbagai aksi kepedulian terhadap lingkungan. Inilah karakter yang seharusnya terbentuk dari siswa yang sudah sekian tahun sekolah. Bukan sekedar tahu dan pandai mengerjakan soal di atas kertas, tetapi bagaimana mereka turun ke lapangan dan menyelesaikan permasalahan sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan di bangku belajar. Fisika, kimia, biologi, matematika, ekonomi, geografi, dan yang lainnya hendaknya dapat dipahami sebagai ilmu yang saling melengkapi dan akan digunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Ilmu-ilmu tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai pedoman penyelesaian masalah yang kompleks, tetapi saling berkait menjadi sebuah solusi,

Demikianlah sedikit uraian tentang Implementasi pembelajaran fisika terintegrasi dalam rangka membentuk pemahaman holistic dan karakter sadar lingkungan bagi siswa SMA. Tulisan ini hanyalah sebagai pemicu otak kita untuk berpikir dan tidak akan berarti apa-apa ketika orang-orang yang membaca tulisan ini tidak tergerak hatinya untuk segera mengambil peran dalam memperbaiki kualitas pendidikan kita. Semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu sumber inspirasi bagi para calon pendidik di negeri ini untuk melahirkan generasi-generasi penerus yang hebat dan bertanggung jawab atas lingkungannya.

Referensi:

Kemendiknas. 2009. Pendidikan Karakter : Kumpulan Artikel di Media Massa 2009. Jakarta : Kemendiknas

Permendiknas RI nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan beserta lampirannya

(diikutsertakan dalam lomba esai Science Week HMP Grafitasi 2011)

1 Comment

  1. Pingback: Implementasi Pembelajaran Fisika Terintegrasi untuk Membentuk Pemahaman Holistik dan Karakter Sadar Lingkungan bagi Siswa SMA | Fisika

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.