Nyasar di Kantor Pemerintah
Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan bus 69, di sepanjang jalan kami melihat tempat-tempat yang indah lainnya. Rasanya ingin turun dan berfoto lagi. Tapi sudahlah, biarlah hari ini menara Eiffel dan Museum Louvre dahulu. Semoga ada kali yang lain untuk aku dapat mengunjungi seluruh detil kota Paris ini. Dan sampailah kami di Gambetta, tempat kami tadi pagi memulai perjalanan.
Seperti biasa, temanku yang sangat suka Mc D, segera jajan di dekat situ. Karena aku lagi tidak berminat jajan, dan kebelet pipis akhirnya buru-buru ke stasiun bawah tanah Gambetta. Eh, tidak ada toiletnya. Aduh, bisa ngompol nih. Aku amati satu-satu gedung di sekitarnya (di sini yang sering bermasalah itu adalah cari toilet), karena di Mc D pun ternyata tidak ada waktu aku ikut-ikut masuk (belakangan aku dikabari temanku letaknya di lantai dasar/ bawah tanah). Karena sudah frustasi, aku melihat ada bangunan mirip gereja aku nekat masuk agar bisa segera kencing sekaligus wudhu untuk shalat Dzuhur. Waktu masuk ke dalam, wah ini bukan gereja, tetapi seperti kantor. Waktu aku tanya satpamnya, eh dijawabnya pake bahasa Perancis, dan aku ga mudeng apa-apa. Untung ada tanda arah toiletnya. Aku segera berlari sekencang-kencangnya menuju toilet. Yah, ada yang make lagi, aduh cepetan dong mas. Alhamdulillah, tak berapa lama berselang akhirnya masnya keluar juga. Aku bisa menunaikan hajatku dan sekaligus berwudhu di tempat cuci muka di luar kamar mandi.
Ketika keluar, aku melihat ketiga temanku sudah tidak ada lagi. Pikirku mereka sudah duluan. Aku pun segera menaiki metro menuju Gallieni. Eh ternyata mereka belum nyampe. Ya udahlah aku check in duluan. Tak berapa lama mereka datang. Yah, klop dah. Aku sempat khawatir jangan-jangan mereka menunggu ku.
Pulang
Rasa capek jalan-jalan seharian mulai terasa ketika badan merebahkan diri di kursi bus EUROLINES yang empuk. Hemm, akhirnya aku tidur pulas di perjalanan dan terbangun ketika bus sampai di Belgia. Aku bangun karena ada keributan antara penumpang yang bingung dengan tempat ia turun dengan sopir busnya. Sang penumpang yang tidak bisa berbahasa Jerman hanya geleng-geleng kepala setiap kali bertanya dengan bahasa Inggris dan dijawab sopirnya dengan bahasa campuran Inggris-Jerman.
Di perjalanan pulang ini aku mendapatkan pengalaman baru bagaimana para pengemudi kendaraan itu mengisikan bensin mereka sendiri di SPBU. Wau, di sini SPBU tidak ada yang jaga seperti di Indonesia. Cukuplah yang punya SPBU menjaga toko yang sepaket dengan SPBU-nya. Dan para pengemudi tinggal memasukkan kartu kredit/uangnya untuk mendapatkan bahan bakar yang mereka inginkan. Bagaimana dengan Indonesia? Bangkrut pasti para pemilik SPBU-nya lantaran bahan bakarnya habis tapi uangnya ga masuk. He he he.
Begitulah perjalanan berlalu dan akhirnya kami sampai Dusseldorf menjelang hampir jam setengah 11 malam. Karena perut sudah keroncongan dan bosan makan roti, kami mampir di restoran turki di samping halte. Karena di sini semua dijamin halal kami leluasa memilih menu yang kami inginkan. Hemm, lumayan sebuah menu yang sulit kami hafal (berisi nasi dan semacam gulai daging kambing) dapat mengobati rasa lapar kami. Segeralah kami pulang ke Wuppertal Hbf, disambung taksi ke apartemen, kami pulang dengan selamat. Demikianlah perjalanan gila kami edisi kedua ke Paris. Semoga menginspirasi.
selesai
Kadang2 ada juga yg nakal loh, stl isi bensin langsung ngabur. Di spbu nya dipasang video jd bisa keliatan no plat mobil dan wajah orang yg berbuat curang. Kecuali klo niat banget mau nyuri ya tuh org mukanya ditutupin pakai topi atau jaket. *pernah liat liputannya di tv.
Oh ternyata. Tapi 1000 …. 1 kan mbak
iyaaa sih :D.