Hari ini katanya peringatan hari anti korupsi. Bener kan? Ah ga tahu juga, dan bagiku ga penting. Karena korupsi itu harus dilawan setiap hari, kenapa hanya setahun sekali. Aneh!
Ketika aku menulis ini, suasana hatiku lagi menjadi orang skeptis. Ah, korupsi mah kalo di Indonesia kayaknya nunggu ada pembunuhan masal atau dijajah oleh Inggris, Jepang, atau Jerman. Mental pejabat-pejabat kita hari ini parah, kalo tidak mau dibilang rusak. Memang tidak semuanya, sayangnya orang-orang baik kita memilih menyingkir atau ada yang disingkirkan dengan kejam. Yah, begitulah ketika korupsi ini adalah sebuah imperium. Bukan lagi sebuah kerajaan, korupsi Indonesia hari ini telah menjadi sebuah imperium yang sulit dikalahkan kecuali oleh sebuah pergerakan mahadahsyat.
Kalau melihat fakta sebuah imperium Persia dan Romawi bisa ditaklukkan oleh para Saracen (julukan untuk kaum muslimin ketika itu), tentu terjadinya karena sebuah pergerakan baru yang sangat mendasar dan revolusioner. Bukan pada masalah adu fisik atau bunuh-membunuhnya, tetapi visi yang dibangun oleh para pemimpinnya sehingga para pasukan yang berperang ini laksana malaikat yang tak terkalahkan. Bagaimana 30.000 kaum muslimin dapat melewati sungai Eufrat tanpa ada kaki kudanya yang basah tentu akan dikatakan omong kosong oleh para ilmuwan, tetapi sebagai orang yang percaya bahwa keajaiban itu ada maka patutlah ini dikaji sebagai perenungan agar kita dapat menghadirkan optimisme besar dalam memerangi korupsi hari ini.
Nah, maka dari itulah ini adalah sebuah persembahan kecil untuk memperingati hari anti korupsi sedunia. Aku tidak akan berbicara tentang korupsi tetek mbengek masalah keuangan negara. Itu udah terlalu ruwet, bahkan sebagai aktivis organisasi mungkin sedikit banyak kiprahku dalam membuat SPJ aspal adalah hal biasa. Kalau kata ustadz, mengambil mudharat yang paling kecil di antara semua pilihan yang pahit. Yah, uang itu adalah hak organisasi, tetapi negara menghendaki para pengelola organisasi melakukan serangkaian manipulasi dalam melaporkan. Maka prinsip dasarnya adalah uang harus sampai di organisasi bagaimana pun caranya. Karena masalah pengelolaan di lembaga udah beda lagi urusannya, yang terpenting uang yang itu memang hak yang diterima benar-benar sampai kepada penerimanya dan nanti dikelola dengan bertanggung jawab.
Setelah membaca salah satu tulisannya bang Ucup yang berjudul “Hakekat Pelajar : Baca Pikir Dan Tulis” aku terkesan dengan sebuah kalimat di paragraf terakhir yang berbunyi
…………….
Refleksi bodoh saya kembali mengatakan bahwa semangat pembelajar inilah yang perlu di bangun oleh seorang pelajar. menikmati setiap bacaan yang mengantri untuk di baca. menyelami dengan bahagia setiap analisa yang mengawang-awang, dan mendalami dengan suka cita setiap tulisan yang ditorehkan.
bukankah itu hakekat pembelajar ? membaca, berpikir, dan menulis
yah percuma kamu pintar tetapi tidak ada tulisan yang kamu keluarkan, intelektual mu hanya menjadi budak akan pikiran mu, dan kamu dan kepintaran mu akan hilang ditelan debu peradaban yang haus akan perubahan
Dan inilah bahan tulisanku untuk berceloteh tentang anti korupsi. Dalam kondisi yang skeptis seperti ini, aku berharap termasuk orang yang menjadi bagian dari proses perubahan ini dan sangat menginginkan perubahan ini terjadi. Saat ini aku mahasiswa, maka biarlah urusan penyalahgunaan uang negara itu ditangani KPK, semoga Allah menjaga kelangsungan hidupnya. Kita berdoa saja ya dan terus memberikan dukungan.
Kita berceloteh ria saja tentang penyalahgunaan uang sekolah dan kuliah kita. (dalam asumsi daerah kota Surakarta). Kita hitung sekarang, berapa biaya semesteran kita? 3 juta per semester ya (kalo aku sih masih 750 ribu saja). Kemudian biaya kos dan macem-macem perlengkapannya per tahun sudah diatas 2,5 juta kan (kecuali yang mau tinggal di masjid-masjid secara gratis tetapi jadi abdi masjid lah). Trus biaya makan kita sehari-hari anggaplah setiap pekan 150 ribu, berarti sudah 600 ribu per bulan. Belum uang lainnya seperti buku, dan tetek bengeknya. Sudah banyak sekali kan. (bagi yang sekarang kuliahnya mandiri, bacaan ini tidak berlaku untuk Anda, peace mas Bro).
Lalu kita bertanya lagi, sudah bisa apa sekarang? Nilai akademiknya bagaimana? Keterampilan yang dimiliki apa? Karya yang dihasilkan apa? Tulisan yang diterbitkan apa? Jaringan yang telah dibangun apa? Solusi yang sudah kita hadirkan apa? Sudah bisakah kita menjawab bahwa kita layak menjadi mahasiswa. Manusia super yang katanya Agent of Change seperti di training-training atau daurah kepemudaan yang sering dipaparkan para pembicaranya dengan penuh antusias. Apakah kita sudah memiliki jawaban yang memuaskan untuk diri kita sendiri. Tunjuk hidung dan jawab satu-satu.
Jika belum, sudahlah. Lupakan bicara korupsi sampai nerocos atau beretorika kaya politisi yang mulai berubah jadi poli-tikus di Senayan sana. Kita sendiri ternyata masih jadi koruptor. Kuliah lama, ngabisin uang banyak tetapi juga nihil bin nonsense. Jadi kaum intelektual tapi ga intelek. Jadi kaum cendikiawan tetapi tak cendikia. Lalu bagaimana dengan jutaan penduduk lain yang ga intelek, ga cendikia, aduh-aduh mereka hari ini jadi lahan eksploitasi asing yang melakukan kong kalikong para pejabat busuk kita. Sudahlah, orang Indonesia itu terkadang kalau berdiskusi sampai tinggi-tinggi sekali, entahlah apa sebenarnya apa yang diinginkan. Kalau membuat perencanaan sampai rumit sehingga tidak bisa diimplementasikan. Hemm, menurutku inilah sebenarnya salah satu awal mula budaya korupsi itu sendiri.
Tulisan skeptis ini terkadang membuat pembacanya emosi, biarlah tak masalah. Tetapi untuk apa kita bicara panjang lebar tentang korupsi kalo ternyata kita sendiri adalah koruptornya (koruptor kecil-kecilan). Dalam kamus korupsi, maka tidak akan ada bedanya antara koruptor kelas bakteri sampai koruptor kelas paus. Sama saja. Dan mari kita belajar untuk tidak banyak melakukan korupsi. Ya, tidak banyak melakukan korupsi, karena di tempat kita hari ini, mungkin tidak ada hari-hari yang benar-benar tanpa korupsi, basa-basi kita dan serangkaian kegiatan tidak penting kita adalah korupsi waktu. Tidakkah kita tahu? Jadi memang hal kecil saja yang bisa kita lakukan dengan istiqomah, mari kita mencoba tidak banyak melakukan korupsi di setiap hari kita.