Usai shalat kami berdiskusi dengan Prof. Tausch. Masing-masing dari kami diperiksa catatan kuliahnya. Beliau mengapresiasi usaha kami meski catatan kami acak adut. Aduh, jadi malu rasanya. Setelah mereview kembali rencana hari-hari berikutnya kami segera pulang ke wohnung.

Ini saatnya kami menggunakan tiket perdana kami untuk merasakan WSW Bus. Alhamdulillah sampai dan kami bisa beristirahat dan bersih-bersih badan. Usai shalat maghrib jam setengah 5 sore kami bersantai di depan televisi yang semua acaranya berbahasa Jerman, kecuali BBC dan CNN. Kemudian kami segara makan malam dengan menu asli Indonesia dan ala mahasiswa. Sarimi dicampur berbagai macam makanan yang dipaksakan sesuai. Itulah bawaan kami dari Indonesia.

Karena asyiknya makan, kami sampai bercanda kelewat batas. Hingga akhirnya ada telpon yang berdering di ruangan kami, suara dari Mrs. Monika meminta kami untuk diam dan tidak ribut. Menghargai tetangga di ruang sebelah. Yah ada Prof. Solodnikov dan Mrs. Dong. Ah, kami jadi takut, khususnya teman-teman putri yang teriaknya paling keras. Akhirnya aku dan mas Joko segera balik ke ruangan dan shalat Isya. Usai melakukan beberapa review kami segera bersiap untuk tidur.

Aku jadi ingat pesan Mbak Nella, rekan blogger yang saat ini juga tinggal di Jerman. Kalau malam jaga ketenangan agar tidak mengganggu yang lain. Plak, tamparan keras anak urakan yang terbiasa gojek di mana saja. Yah, ini ruangan elit untuk para Ph. D. Student, mengapa aku jadi lupa. Astaghfirullah, maaf ya Prof dan Mrs. atas kekhilafan kami. Besok lagi tak akan kami ulangi. Demikian liku-liku hari ini berakhir dengan indah.

2 Comments

  1. pursuingmydream

    Jam 10 malam harus sudah hening tidak boleh ribut :D. Padahal ketika di Jakarta mau bikin kue pakai mixerpun jam 11 malam ya ga masalah, tp di Jerman kalau tetangga merasa terganggu bisa dilaporin ke polisi :D.

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.