Alhamdulillah, kepengurusan kami segera berakhir dan saatnya kami menutup karir kecil kami ini dengan khusnul khatimah. Dan sore hingga malam ini kami bersepakat untuk melakukan pesta kecil pasca kepengurusan kami. Makan-makan sepuasnya dan membuat pengakuan dosa (baca minta maaf dan memaafkan).
Berawal dari SMS konyol dariku beberapa hari lalu, akhirnya kami sore ini berkumpul di warung makan dekat Gradien. Sebuah warung makan yang cukup pewe dan elegan. Sesuai dengan niat kami untuk makan sepuasnya, karena kami akan menyedot bagian dari raihan dana sponsor yang berhasil kami dapatkan selama kepengurusan. Kami akan pesan apa pun yang kami suka malam itu sepuasnya (nanti tinggal minta maaf pada adik-adik atas pengurangan jumlah kas yang signifikan). Kata pak Tanto, lebih baik minta maaf dari pada minta izin. Ha ha ha.
Kalau bukan karena kondisi akhir tahun kami yang cukup bahagia kami tidak mungkin melahap banyak makanan malam ini. Suka duka kami, segala cerita terungkap dalam bingkai ucapan terima kasih dan permintaan maaf di antara kami. Ada yang pesan sampai 3 porsi (gek waduke ki kayak apa ya). Ada yang pesan minum lebih dari 3 macam. Waduh, ternyata kami juga bisa jadi kawula tedha untuk sesekali waktu, khususnya aku (sebuah pengakuan).
Akhirnya malam ini berakhir dengan sangat indah, ada tawa yang ceria di antara kami, ada tangis yang syahdu dalam membuka tabir di antara kami. Semua menjadi begitu indah untuk kami pahami dan kami maafkan. Begitulah kami, berawal dari sebuah pertemuan yang tidak pernah diawali dengan kenalan, kami harus menangani sebuah lembaga yang hampir mati. Kami berhasil dan kami bisa bangkit bersama.
Aku yakin aku bisa, aku berjanji ketika aku memimpin sebuah proyek besar ini untuk menjadikan “mungkin” apa pun yang kata aktivis kampus “tidak mungkin”. Selagi Quran dan hadits tak menyatakan mustahil maka segalanya harus bisa diredah dan diwujudkan. Terima kasih kawan-kawan terbaikku, kalian telah memahatkan kenangan yang indah dalam hidupku.