Siapa sih yang ga kenal Noe Letto. Ha, dia adalah vokalis grup band Letto. Grup band yang begitu ku apresiasi karena kekhasan yang dimiliki. Syair-syairnya sastra banget, indah dan ga alay. Karena saking sastranya, siapa pun bisa menafsirkan lagu-lagu Letto sesuai dengan pembawaan dasar yang dimiliki. Misalnya Ruang Rindu atau Sebelum Cahaya, itu bukan syair cinta asmara doang kawan. Hemm, kalo mau memaknai dengan sudut pandang lain, pasti sangat bisa.
Nah, ada apa tiba-tiba aku cerita tentang dia. Karena Sabtu kemarin, 2 Juni 2012 dia nongol di acaranya adik-adik Himprobsi FKIP UNS. Dia ngisi workshop penulisan lirik lagu bercita rasa sastra di gedung F FKIP UNS. Hemm, meski acaranya terkesan sastra banget, ternyata mampu menarik minat orang-orang non sastra untuk datang, contohnya aku (ha ha ha, calon guru fisika yang kurang kerjaan).
Pada intinya dia menekankan bahwa ketika menulis lagu hendaknya kita memiliki sebuah makna yang kuat atas apa yang kita sampaikan. Rasakan nuansanya dan temukan nada-nada yang tepat di dalamnya. Ada berbagai cara untuk memulainya. Jika kita lebih kuat di musiknya, ciptakan dulu nada-nada yang akan menjadi dasar lagu kita, baru tuliskan syairnya berdasarkan perasaan atau inspirasi yang muncul saat membuatnya. Atau jika kita kuat di puisinya, buatlah liriknya dulu baru kemudian disusun lagunya dengan menyesuaikan rasa dari puisinya itu. Dan pada dasarnya, kualitas sebuah lagu itu tergantung dari kekuatan getaran yang terpancar dari sang pembuatnya.
Ada quote menarik ni dari Noe. Baginya tidak ada karya yang tidak baik, yang ada adalah karya yang TULUS atau karya yang PALSU. Karya yang tulus akan senantiasa meresap dalam dihati pembuatnya sendiri dan akan memancarkan getaran-getaran kepada yang di sekitarnya.
Yah, mas Noe, meski aku bukan pecinta music kelas berat. Tetapi inspirasimu hari ini luar biasa. Bagaimana kita belajar untuk berbagi dengan tulus, itu yang penting. Bukan mengejar pasar dan tanggapan semata. Hemm, Letto tetap konsisten dengan hal itu. Musik-musik kalian elegan dan tidak murahan. Semoga terus konsisten yach. Ha ha ha. Terima kasih mas Noe telah menyanyikan syairku dan terima kasih juga telah menghibur kami dengan suara indahmu. Aku senang, karena semua orang mendengarkan dengan penuh khidmat, tidak melambai-lambaikan tangan dan tergila-gila seperti di TV-TV itu. (yah, secara di ruang seminar). Tapi tetep keren dah. Thanks mas Noe. Gamsha habnida.