Akhir pekan ini aku sempatkan sedikit waktu untuk melihat aksi-aksi gitar salah satu pemain di Film Suckseed. Film yang belum lama kutonton dengan lengkap setelah beberapa bulan sebelumnya hanya melihatnya dalam potong-potongan saja sehingga tidak mendalami lebih jauh tentang film yang super ngakak itu. Ini adalah film yang berkisah tentang persahabatan. Dan garis bawah dariku untuk film ini, Suckseed menjadi salah satu film Thailand yang menurutku mampu menjauhkan kesan parahnya negara itu yang dikenal sebagai lokalisasi raksasa.

Siapa yang ga merinding mendengar kisah waria-waria yang super cantik hingga aktivitas lainnya yang tak kalah WOW di negeri gajah putih itu. Bahkan di beberapa tahu sebelumnya, film-film di negeri itu (yang sempat beredar dalam jangkauan mataku = artinya aku tonton) tidak begitu jauh berbeda dengan film-film horror di Indonesia. Semakin membuat hal yang tidak jelas saja jika dilihat oleh orang-orang negeri ini yang mulai ikut-ikutan tidak jelas.

Tapi kisah di film ini menjadi salah satu indikator bahwa Thailand mulai memperbaiki industri perfilman mereka dengan memberi sentuhan baru dengan tema-tema yang lebih berkualitas. Entah apa karena akhirnya mereka sekarang memiliki pemain-pemain sinetron yang berkualitas baik keelokan wajahnya maupun daya dukung lainnya. Yang jelas hal itu menjadi wajah baru perfilman Thailand di beberapa tahun terakhir ini. Setelah banyak produk yang beralamat BANGKOK (ayam, buah-buahan, dll) kini bahasa Thai lengkap dengan hurufnya mulai membuat banyak orang di negeri kita menjadi tiba-tiba belajar bahasa itu, seperti halnya saat membanjirnya film-film Korea.

Nah, kalo aku menangkap hal itu sebagai dinamika sebuah negara yang mencoba meluaskan kekuasaannya dan menunjukkan eksistensi diri mereka. Hal itu tentu saja didukung daya tarik para pemainnya yang memiliki talenta untuk mendukung penetrasi yang diharapkan. Sebut saja pemeran Ern dalam film tersebut, Nattasha Nauljam. Gadis kelahiran 1992 itu tentu saja masih bau kencur untuk ukuran orang di tempat kita (kalo kuliah baru angkatan 2010 malahan). Tetapi melihat skill gitarnya, dan ketika dikonfirmasi dari berbagai sumber itu memang skill dia beneran, bukan akting (seperti halnya para rocker dalam film Kiama Sudah Dekat, itu salah satu serial kita yang bagus), aku harus bilang WOW untuk aktris yang satu ini.

Setidaknya, ini salah satu gaya baru perfilman Thailand yang menurutku akan mendongkrak perhatian pasar begitu cepat. Dan terbukti hanya dengan satu film itu saja, namanya melejit dengan cepat dan mulai dikenal di Asia Tenggara. Film itu tetap saja kita kenal dengan film Thailand, percakapannya, bahasanya, lagu-lagunya yang digarap apik hingga tulisan-tulisannya semua menggunakan bahasa Thai.

Lalu bagaimana dengan kita yang sebentar lagi juga akan bersama-sama membuka perdagangan bebas. Industri perfilman kita cenderung setengah matang. Baru laku di pasar dalam negeri. Kalaupun ada yang bagus, jumlahnya masih terlalu sedikit dibandingkan dengan keluaran setiap tahunnya. Sinetron pun juga tak kalah memprihatinkan, akting bengis, iri, jail dll lebih mendominasi dalam setiap adegan ketimbang yang lainnya. Dan lucunya aktivitas-aktivitas yang baik cenderung terlihat wagu untuk dirasakan pengajarannya.

Tulisan ini hanyalah sekedar refleksi agar kita tidak mengagumi karya negeri orang terlalu berlebihan. Justru seharusnya kita melihatnya untuk belajar dan mengambil nilai positifnya. Aku hanya suka melihat aksi gitar Nattasha dengan seragam sekolahnya di film itu, selebihnya dia adalah aktris Thailand yang tentu kita semua tahu bagaimana perilaku mereka dengan budaya yang mereka miliki. Lalu, bagaimana kita mengapresiasi film-film kita sendiri? Mari tanyakan pada diri kita masing-masing. Eh maaf saya juga sepertinya harus meluangkan waktu untuk meresensi film-film tanah air yang inspiratif. Tunggu ya!

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses