Karena bahasa itu induk ilmu pengetahuan (al lughah ummul ulum). Maka cara singkat menghancurkan sebuah bangsa ya rusak citarasa bahasanya. Gimana? salah satunya bangun bom opini dengan media agar masyarakat memiliki stigma terhadap sebuah kata. Jika opini yang dibangun atas Islam itu menggunakan berita2 terorisme, maka masyarakat akan berimajinasi dan ngeri saat mendengar kata Islam. Begitu pula, kata “bokep” akan menjadi biasa2 saja ketika ia diulang-ulang untuk mengejek orang yang tidur, karena bokep itu bobok cakep. Nah loh.

Ketika generasi berbahasa Indonesia hari ini belajar bahasa Indonesia itu dengan kualitas lagu2 cinta picisan yang menjamur dan kata-kata para pelawak ya tidak usah heran kalo produknya jadi seperti ini. Siswa2 SMP pun disuruh nulis bahasanya tidak karuan. Jika mereka belajar bahasa Arab dari percakapan para pangeran dan putri raja yang hobi pesta dan nyanyi itu ya hasilnya beda dengan mereka yang sejak awal bergelut dengan bahasa Quran dan Hadits.

Luar biasanya sebuah bahasa, bahkan aku baru sadar bahwa kesalahan terbesarku belajar bahasa adalah menggunakan logika matematika “=”. Padahal bahasa itu terbentuk dari kumpulan simbol yang diucapkan berdasarkan kebiasaan yang dibangun di masyarakat itu. Kata “balapan” boleh jadi tidak sama persis dengan “ride”, karena saat kata itu muncul belum tentu sama konteksnya.

Ketika bahasa berhasil didistorsi, dan penutur bahasa itu telah kehilangan citarasa bahasanya sendiri, itulah saat yang sangat spesial untuk menghancurkan bangsa itu membabi buta. So, mari kita kenali bahasa kita dan bahasa yang lain dengan benar, bukan sekedar biasa-biasa saja. ?#?mengingatkandiri ?#?belajar ?#?merenung

Sumber : https://www.facebook.com/ardika.zaid/posts/10201527919110636

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.