oleh Harry Hasan Santosa
Sesungguhnya adalah kejahatan serius dalam sistem pendidikan yg melambatkan kedewasaan anak2 kita. Mereka telah dewasa biologis (baligh) di usia 13-14 tahun namun baru dewasa psikologis, sosial, finansial, syar’i di usia lebih dari 20 tahun ke atas. Siapa yg menjamin mereka “selamat” dalam masa2 penuh gejolak ini?
Sesungguhnya adalah kejahatan serius dalam sistem pendidikan yg membuat hilangnya potensi keunikan anak2 kita. Mereka tumbuh menjadi sosok yg tdk pernah mengenal jatidiri dan fitur2 unik yg ada dalam diri mereka. Anak2 dipaksa harus tahu semua. Mengenali keunikan hanya sebatas keunikan kecerdasan semata itpun hanya utk memahami learning style saja, tanpa menyelaraskan potensi bakat dan obyek pembelajaran. Siapa yg bisa mengembalikan fitur2 unik dan bakat yg hilang ini bila kelak mereka dewasa tanpa menjadi diri mereka?
Sesungguhnya adalah kejahatan serius dalam sistem pendidikan yang mencerabut anak2 dari desa, jama’ah dan komunitasnya. Mereka digiring utk menjauh dari akar kearifan, akar keunikan budaya dan potensi keunikan alam desa dan komunitasnya. Anak2 kita tumbuh menjadi individu2 yg menjajakan ijasah utk mengais hidup di perkotaan, tanpa bisa pernah kembali membangun desa dan komunitasnya. Siapa yg bisa mengembalikan desa2 gersang dan merana kepada kemurnian, kesuburan, kelestarian alam yg menjadi kebahagiaan warga desa seperti semula?
Sesungguhnya adalah kejahatan serius dalam sistem pendidikan yang memandulkan kemampuan anak2 kita utk memahami realitas dan problematika desa dan komunitasnya serta memberi solusinya. Anak2 kita tumbuh hanya menjadi pengguna produk2 impor buatan bangsa asing, pdhal itu bisa dibuat, ditanam dan tumbuh subur di tanahnya sendiri. Kelak mereka dewasa lebih suka menjadi broker2 importir daripada menghargai karya dan keringat bangsa sendiri. Siapa yg bisa merubah mental kuli dan konsumerisme bangsa ini lalu mengembalikannya menjadi bangsa berdaulat dan mandiri?
Sesungguhnya adalah kejahatan serius dalam sistem pendidikan yg menghilangkan identitas dan keunikan agama2 yg diyakini dan diakui komunitas. Anak2 kita harus mencintai identitas dan keunikan agamanya sbg bagian dari keimanan, sebagaimana pula anak2 kita hrs terbiasa melihat identitas dan keunikan agama2 lain di depan matanya utk melatih kecerdasan emosional, spiritual dan sosialnya. Jika anak2 kita tdk lagi menghargai identitas dirinya juga orang lain dan tdk lagi memiliki prinsip hidup dalam hidupnya maka siapa yang mampu dan bertanggungjawab atas kehinaan dirinya dan kaumnya di dunia dan di akhirat kelak?