Tadi sore ada sebuah pesan penting yang kami peroleh dari senior kami. Sebuah taujih agar kami selalu memasang mata hati dan pikiran lebar-lebar terhadap hal yang pasti akan kami alami setiap hari. Sebuah hal sederhana tetapi sangat mudah dilupakan atau mungkin gagal dipahami karena sempitnya makna dalam kosakata bahasa kita.

Setiap orang akan mendapati dua hal dalam hidupnya, mihnah dan fitnah. Mihnah adalah ujian dalam arti yang kita pahami selama ini. Berbagai tekanan dan kesulitan hidup adalah hal yang mudah untuk kita pahami sebagai terjemahan dari mihnah itu. Dan rata-rata kita siap untuk menghadapinya, meskipun banyak juga yang rusak ketika baru diterjang mihnah itu. Jika bicara mihnah, maka kita tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dialami oleh banyak saudara-saudara kita yang hari ini harus merasakan kesulitan hidup karena terus diguncang dengan peperangan dan kehancuran. Cukuplah kita terus bersyukur atas karunia negeri yang damai ini.

Lalu bagaimana dengan fitnah? Nah inilah bias dan sempitnya kosa kata bahasa kita. Selama ini fitnah dipahami sebagai sebuah tuduhan yang dialamatkan pada seseorang dan tidak sesuai dengan kebenaran sesungguhnya. Padahal menurut asal katanya dari bahasa Arab, fitnah itu memiliki banyak makna yang sangat luas. Al-Quran menyebutkan banyak pengertian tentang fitnah itu.

Fitnah itu adalah sebuah kekhawatiran yang tak beralasan ketika diminta berjihad di jalan Allah (at-Taubah:49). Fitnah juga sebagai bentuk penganiayaan (al-Baqarah:217). Fitnah juga berarti sebagai jawaban yang berupa kebohongan (al-An’am:23). Fitnah juga berarti sebagai upaya menimbulkan kekacauan dan kerusuhan untuk menghancurkan orang lain (al-Baqarah:191). Fitnah juga dapat berarti kesyirikan (an-Nisaa:91). Dan masih banyak hal lainnya.

Kemudian ada pengertian lain dari fitnah yang jarang disadari, yakni sebuah kelalaian ketika manusia dipalingkan oleh harta, wanita, dan kedudukan. Hari ini, fitnah itulah yang membuat banyak manusia berkhianat ketika telah mendapatkan kedudukan, harta atau apa yang dia ingini padahal pada awalnya berapi-api berseru atas nama kebenaran. Inilah ujian yang akan terus dialami setiap kita dari masa ke masa. Maka jika ini dikaitkan dengan realitas politik dan kepemimpinan di negeri ini, maka sangat realistilah bahwa banyak orang yang lupa karena mereka telah terfitnah dengan dunia. Mereka yang teguh bertahan biasanya akan segera dihabisi dan disingkirkan.

Aku merenung dengan penjelasan singkat itu. Yah, hari ini tugas kami yang masih muda, masih waras, dan masih berapi-api ini adalah mengumpulkan segenap kekuatan dan kemampuan agar terus tegar menghadapi berbagai tantangan yang akan muncul di kemudian hari. Membenahi definisi sukses duniawi agar ia benar-benar menjadi gerbang menuju kesuksesan ukhrawi. Karena hidup ini adalah untuk memilih.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.