Bagaimana rasanya bila saat kita sedih, ada orang yang datang dan menjadi teman yang bisa menghilangkan kesedihan kita? Bagaimana rasanya ketika kita kehabisan bekal dan biaya hidup, kemudian ada orang datang untuk memberikan ulurannya? Bagaimana rasanya ketika kita kesulitan karena tidak dapat merasakan hak kita, kemudian datang orang yang memperjuangkan hingga akhirnya kita dapat menikmatinya? Pasti kita senang bukan. Nah mengawali cerita di tulisan ini aku mau cerita bagaimana Murabbiku dulu pernah berbuat demikian kepadaku.
Pernah suatu ketika aku harus mengikuti training di luar kampus. Karena uang saku pas-pasan beliau rela mengeluarkan koceknya untuk membiayai perjalananku yang cukup mahal. Di samping itu, beliau sering mengajakku bertemu dengan orang-orang pentingnya di kampus. Beliau memperkenalkanku dengan mereka. Dari sini aku belajar bagaimana membangun silaturahim yang baik dengan mereka. Dari sini pula aku belajar berkomunikasi yang efektif terhadap mereka.
Begitulah sahabat, aku mendapati beberapa murabbiku telah menjadi orang yang sangat kucintai hingga hari ini. Mereka menjadi solusi dan memang menghadirkan dirinya untuk kita. Aku rindu untuk bertemu dengan mereka lagi suatu saat. Dan sekarang ketika aku juga mendapat amanah seperti mereka ternyata luar biasa besar hikmahnya. Aku ingin bilang secara sederhana, jadilah murabbi yang solutif untuk para binaannya. Betapapun sulitnya. Itu artinya menjadi murabbi akan memacu kita untuk menjadi pribadi yang selalu dinamis dan lebih baik serta lebih hebat.
Jika hari ini kegiatan halaqah tak lagi sehat. Jika hari ini liqaat tak lagi semangat. Maka tanyakan siapa murabbi-murabbinya hari ini. Terkadang aku berkaca orang seperti aku ini bisa-bisanya mendapat amanah untuk menjaga adik-adik yang begitu haus dengan tantangan itu. Hemm, terkadang aku menangis kalau-kalau aku justru menjadi pengganggu hidupnya, bukan malah menjadi sahabat apalagi matahari bagi perjalanannya. Jika sekarang semakin sulit menemukan sosok pejuang yang pilih tanding, tidak perlu menyalahkan generasi yang memang semakin hari semakin diperkosa dan diperbudak oleh kapitalisme baik dalam pemikiran maupun ekonomi. Tapi mari lihat apakah kita sudah mampu menjadi solusi untuk mendorong mereka menjadi individu-individu yang tangguh dalam berpikir, bertindak dan melakukan perlawanan.
Jika membina hanya sebuah konsep untuk menciptakan pengikut, amat rendahlah kualitas murabbi hari ini. Tidak jauh beda dengan kampanye partai politik semata. Di tengah sahara persaingan yang panas hari ini, membina adalah untuk menciptakan pemimpin baru yang tentunya lebih militan dan lebih baik dari pada murabbinya. Bagaimana kabar binaan kita hari ini wahai murabbi? Seperti apakah mereka hari ini? Pemimpin atau pengikut. Kita sendiri dan mereka tentunya yang bisa menilai. Mendidik binaan adalah untuk mempersiapkan mereka di masa depan, bukan untuk masa kita. Masalah mereka nanti bukanlah seperti masalah kita hari ini, jadi sudahkan mereka menjadi figur masa depan hari ini. Atau jangan-jangan mereka selalu berselindung di balik kebesaran nama kita atau sekedar mencari posisi aman dengan menganggukkan kepala agar kita senang.
Fikrah mereka, kepahaman agama mereka, kemampuan intelektual mereka, kapasitas mereka, semua itu akan terlihat dan teruji ketika waktunya mereka memimpin. Bukan ketika kita masih bersama kita atau menjadi “bawahan” kita. Jadi jangan senang dulu ketika binaan itu menjadi orang yang “setia” kepada kita. Tetapi selalu lah berdoa agar mereka menjadi penerus yang baik bagi kita atau bahkan mampu menjadi jauh lebih baik bagi kita. Karena itu adalah investasi yang tidak terbatas. Merekalah orang yang akan menjadi jalan bagi kita agar Allah melipatgandakan pahala amalan kita. Semoga kita dapat menjadi murabbi yang inspiratif dan dapat diteladani kebaikannya.