Negeri ini telah mewarisi suasana damai. Sejarawan yang masih jeli menuliskan kisah pergiliran masa Sriwijaya ke Majapahit hingga masa Islam. Pertumpahan darah antar agama bukanlah ciri dari masyarakat kita. Sriwijaya hancur karena diserang sesama penguasa Budha dari India. Majapahit hancur diserang oleh Kediri yang dendam ketika mereka dihancurkan Raden Wijaya. Dan justru generasi Majapahit yang muslim-lah konon menjadi pembuka sejarah baru kerajaan Islam di tanah Jawa, kesultanan Demak. Haruskah hari ini kita gampang diprovokasi dengan berbagai isu perpecahan?

Wahai saudaraku setanah air. Mari kita genggam persatuan ini. Mari saling memahami, bukan saling mencurigai. Jika kami tidak mau bersalaman dengan lawan jenis yang bukan bagian dari keluarga kami, itu bukan berarti kami tidak menghargai Anda, tapi kami meyakini ini syariat yang harus kami taati. Dan tidak perlu khawatir, karena kalian adalah tetangga yang wajib kami muliakan. Rasulullah tidak mengajarkan kami untuk membedakan tetangga berdasarkan agama dan yang lainnya.

Jika kita bisa saling berbuat baik, mengapa tidak. Kami punya batas syariat yang kami taati, begitu pula dengan Anda. Maka Bhineka Tunggal Ika akan menjadi lebih bermakna. Tidak seperti hari ini di mana kami yang mayoritas justru tidak bisa menunaikan syariat kami dengan alasan tidak toleransi. Aneh dan sungguh naif bagi negeri yang di masa lalu dipertahankan mayoritas oleh umat Islam.

Maka sejatinya kami hanya ingin membangun Indonesia ini dengan kebaikan. Menegakkan panji-panji keadilan dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Negeri ini luas, penuh keunikan dan rumit dengan segala masalahnya. Jadi mari kita buat simpul-simpul di banyak titik demi terjaganya persatuan dan kesatuan NKRI ini. Menyapa sahabat semuanya. Mari bangun CINTA – KERJA – HARMONI.

Semoga kelak kejayaan 40 kesultanan yang pernah ada di negeri ini kembali bersinar. Saat dimana negeri ini kembali berjaya dengan kemakmuran mereka yang tiada tara. Yang dengannya kita diakui dunia, bisa mengambil peran kunci dalam mengembalikan Palestina kepada yang berhak. Mungkinkah? Isyarat Nubuwah memang mengatakan bahwa itu hanya akan tegak oleh para pejuang di bumi Syams, tetapi bukankah itu semua butuh proses. Mengapa kita tidak berpikir untuk ikut menjadi sebabnya? Karena kita juga berhak untuk mendapatkan kemuliaan itu bukan.

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.