Pelukan bunda kemarin ketika sampai di rumah membuat rasa haru yang luar biasa. Aku bisa membayangkan bagaimana kangennya bunda karena tidak pernah bisa menelponku atau aku yang menelponnya seperti ketika di Solo. Aku juga masih ingat bagaimana beliau memelukku sambil menangis ketika aku dulu berpamitan akan ke Jerman. Hemm, sore kemarin aku merasakan kerinduan itu telah terobati.
Maka hari ini aku memutuskan untuk menghabiskan waktu seharian di rumah. Pertama aku berkunjung ke rumah adiknya kakek yang habis operasi usus buntu. Kemudian dilanjutkan ke simbah buyut yang sakitnya kambuh. Hemm, di setiap kunjungan dan pembicaraan dengan para tetangga, rupanya ada isu yang lagi hot. Lagi-lagi sebuah kejadian yang membuatku harus mengelus dada. Tentang ambisi dan tindakan yang merugikan orang lain demi gengsi dan pamor. Aduh-aduh, ini negeri yang mau jadi apa jika orang yang tidak mampu tapi berlagak mampu, bergaya mewah hingga akhirnya menyengsarakan keluarga dan anak sendiri.
Mengapa aku jadi ikut mikir? Karena memang ini bagian dari masalah kami, orang yang dekat dengan keluarga kami. Dan aku kasihan melihat ibu yang juga ikut memikirkan beban itu. Sampai aku harus berulang kali mengingatkan beliau untuk tidak terbebani dengan urusan yang belum jelas akar permasalahannya ini. Inilah sambutan yang tidak mengenakkanku ketika sampai di rumah. Namun demikian, makan malam dan cengkerama aku dengan ayah, ibu dan adik dapat melupakan hal yang sangat tidak penting itu. Tingkah lucu adik perempuanku yang super cantik (mungkin akan secantik Reihan nantinya) membuat semua lelah perjalananku berlalu dengan cepat. Ayah, Bunda, adik, I love you.
Kira-kira Ardika bakalan ketemu Reihan lagi ga ya?, penasaran deh :D.
He he, tidak ada yang tahu. Yang penting selalu siap aja mbak, jika ternyata akan dipertemukan lagi.