Terkadang hidup tak selalu sesuai rencana kita. Banyak penyimpangan di sana-sini. Rencana kita terkadang “gagal”. Terkadang kenyataan tak sesuai harapan. Namun, itu sebenarnya bukan sebuah masalah. Karena bukankah memang demikian seharusnya hidup itu. Bukankah hidup di dunia itu hanyalah sebuah ujian. Maka beruntunglah setiap mereka yang sadar dan segera mengambil butir-butir hikmah dalam hidup itu.

Ada banyak hal yang belum kita mengerti dan mungkin kita tidak akan pernah mengerti. Namun, jika hati ini selalu berusaha untuk berprasangka baik kepada Allah tentu itu akan menjadi kekuatan yang tak terhingga untuk kita melangkah dan terus menjalani hidup ini. Dan tentu saja, kata-kata “Allah tidak adil” tidak akan pernah muncul dari lisan yang sudah mengenal siapa Dia dan untuk apa kita berada. Karena kata-kata itu adalah sebuah ungkapan putus asa yang membuat kita dekat kepada kekafiran.

Sebagai seorang yang baru bangun dari tidur panjang, tentu mengenal realita hidup yang seperti hari ini adalah sebuah keterkejutan yang luar biasa. Namun mau bagaimana lagi. Semua sudah berjalan. Apakah mau mengutuki masa lalu yang memang itu telah berlalu? Sia-sialah kita jika itu dilakukan. Apa kemudian menyerah dengan kondisi hari ini? Yah, buat apa kita hidup kalo hanya untuk mengalir. Air pun sanggup kalau hanya untuk mengalir.

Jika sudah sampai pada perenungan ini terkadang aku ingin menangis dan mencoba terus menelisik seluruh sisi-sisi kebodohanku. Ternyata yang paling sulit dihindari dalam hidup adalah terjebak dalam dunia anggapan. Kasih Allah yang tiada tara dengan menutupi setiap aib kita terkadang justru tidak kita syukuri dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan itu, tetapi justru kita makin jumawa dan merasa lebih dari lain. Na’udzubillahi min dzalik.

Banyak hal yang bisa terefleksikan di usia yang makin dewasa ini. Ternyata aku masih manja, ternyata aku jauh lebih kekanakan dari apa yang aku pikirkan. Namun aku akan selalu berterima kasih atas anugerah kehidupan ini, sehingga aku dapat menyadarinya sebelum aku mati. Ketika aku bertemu ayahku hari ini, aku katakana kepadanya bahwa aku akan berubah untuk menjadi lebih baik dan menjadi penerus jejaknya. Ketika aku bertemu ibu, aku ingin sekali meninggikannya di atas tahta dan menciumi kakinya. Aku terlalu sering melupakannya. Aku mencintaimu ibu, tapi terkadang aku tak pernah bisa mengungkapkan cinta ini dalam bahasa yang terbaik.

Dan akhirnya, cukuplah berkata “Allah selalu memberikan yang terbaik untukku”. Yah, memang Dialah yang Mahamengetahui apa yang terbaik untukku. Semoga aku dimudahkan untuk mengerti bahasa-Nya yang teramat indah ini. Semoga. Wallahu’alam

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses