Malam ini setelah habis makan, aku dan beberapa adik liqoku berdiskusi. Awalnya kami berdiskusi masalah-masalah ringan di kampus. Sampai kemudian membahas masalah kepemimpinan dan kemandirian ekonomi. Sampailah kami para pembahasan tentang PT Freeport Indonesia.

Beberapa waktu yang lalu (dalam hitungan tahun), dalam sebuah seminar aku mendapat informasi dari narasumber bahwa pendapatan PT Freeport Indonesia itu mencapai 7000-10000 triliun per tahun. Namun setelah ku googling sampai pusing tidak pernah ada data yang menyebutkan demikian. Akhirnya aku lakukan pengakuan dosa bahwa selama ini aku belum sempat kroscek dengan teliti tentang data tersebut. Tapi yang namanya perusahaan asing tetap saja mereka meraup keuntungan hampir 80 triliun per tahun. Dan parahnya, royalti yang diterima oleh Indonesia hanya kurang dari 4 persen, bahkan konon cuma 1 persen malahan.

Oke, kembali ke masalah diskusi tadi waktu frame pembicaraan kami saat berandai bahwa pendapatan Freeport mencapai 10000 triliun. Wah seandainya presiden SBY berani menantang Freeport untuk memberikan 50 % untuk rakyat kita (alias 5000 triliun) betapa kayanya kita ya. APBN kita saja tidak sampai 4000 triliun. Wah-wah, seandainya itu terjadi bakalan enak Indonesia (canda kami waktu itu). Bahkan di rincian anggaran pemerintah masih bisa menyisihkan 1000 triliun untuk dikorupsi para bandit DPR. Kami tertawa ngakak-ngakak.

APBN kita sekitar 3000 triliun, ditambah masukan dari PT Freeport 5000 triliun, wah pasti kaya banget dan masyarakat bakal sejahtera. Bahkan kita bisa menyisihkan 1000 triliun untuk dianggarkan bagi pejabat yang mau korupsi, biar mereka tidak merecohi uang pembangunan. Gelegar tawa kami semakin menjadi-jadi dengan pengandaian yang keterlaluan ini akibat kelakar yang sangat tidak bermutu tentang PT Freeport.

Namun ternyata data (dan saya minta maaf jika dalam diskusi saya masih menggunakan data versi nara sumber seminar yang pernah saya ikuti sebelumnya) menunjukkan bahwa keuntungan Freeport tak sebesar yang kami bayangkan, tapi memang tetap relative paling besar dibandingkan perusahaan asing yang lain. Dan kita dengan bangganya, menyebut bagian dari keuntungan itu sebuah kerja sama. Gimana ceritanya disebut kerja sama kalo si tamu dapat bagian 99 yang tuan rumah cuma 1. Terlalu konyol dan sulit dicerna akal.

Jika bung Karno masih hidup, atau mungkin perlu dihidupkan lagi ya biar jadi Presiden? Pasti beliau akan marah dan bilang ke Freeport : ku kasih 2 pilihan, bagi hasilnya fifty fifty atau silahkan berkemas karena akan kami nasionalisasi. Sayangnya itu adalah pengandaian yang lebih keterlaluan lagi. Dan kami tetap tertawa dalam kelakar tidak bermutu ini. Dan memang kami sungguh TERLALU.

Tapi setidaknya kami berani bermimpi akan lahirnya pemimpin Indonesia yang berani. Semoga kelak lahir satria piningit yang akan menjadi solusi untuk bangsa ini. Harus tetap optimis memandang Indonesia, betapa pun kacaunya hari ini. Tetap Optimis untuk Indonesia jaya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.