Ceritanya tadi sore aku diminta berbagi ke adik-adik di HMP (Himpunan Mahasiswa Program Studi) Pendidikan Fisika Grafitasi, organisasiku di masa masih muda dulu. He he, ceritanya hari ini disuruh menyemangati mereka agar mau menulis. Karena TOR-nya terlalu sistematis aku malah bingung jadinya. Akhirnya aku menemukan kata kunci. Menulis : keberanian.

Selama ini kita (mahasiswa) terlalu banyak alasan untuk tidak bisa menulis. Bohong besar! Apalagi mahasiswa eksak yang rajin membuat laporan, tulis tangan lagi. Masak tidak bisa nulis. Lagian juga sudah lulus ujian Bahasa Indonesia, mulai dari SD hingga SMA. Tu kan makin kelihatan bohongnya.

Nah, menulis itu hanya butuh satu kunci : LAKUKAN. Tapi, agar kita bisa menulis dengan baik, sebaiknya kita perlu modal yang berkualitas. Pertama, apa yang sering kita lihat dan amati, buku apa yang sering kita baca, dengan siapa kita belajar dan diskusi, serta sejauh mana kita menikmati dan menghayati setiap pengalaman hidup yang berlalu. Maka itu akan menjadi modal besar kita untuk ditumpahkan dalam tulisan. Nah, inilah sebenarnya salah satu pokok permasalahannya. Mahasiswa sering beralasan tidak punya modal : padahal dah menjalani hidup. Beralasan lagi, takut dicerca orang : Nah kesimpulan sementara TAK SEMUA ORANG BERANI MENULIS.

Jadi menurut hemat saya, menulis itu sebenarnya proses mengumpulkan keberanian setelah kita menghayati hidup dalam mengumpulkan modal untuk diolah di pikiran. Berani berbagi, karena tak setiap orang sekarang bermurah hati. Banyak yang pelit sih. Berani bertanggung jawab, kan sudah berbagi tulisan, kalau orang tidak setuju dan menuntut maka kita akan merasakan bagaimana bertanggung jawab atas apa yang kita katakan, termasuk jika suatu saat Allah menuntut pertanggungjawaban itu. Dan yang pasti menulis itu akan menguji kita apakah berani menyuarakan KEBENARAN. Yah menulis itu BERANI.

Akhirnya, jangan banyak beralasan lah untuk tidak mau menulis. Karena mahasiswa biasa itu adalah mahasiswa yang suka belajar, membaca, diskusi, dan menulis. Yang tidak melakukan itu, sepertinya bukan mahasiswa biasa (mungkin mahasiswa luar biasa) jadi harusnya kuliah di kampus luar biasa. Sayangnya sekarang baru SD-SMA yang ada sekolah luar biasanya. Jadi mari berani menulis, mengungkapkan suara hati kita.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.