Sepekan yang lalu ceritanya aku dapat telepon dari seorang yang aku lupa namanya. Intinya LDK Fakultas Tarbiyah mengadakan talkshow dan aku diminta jadi pembicaranya. Hah, beneran nih, masak orang kayak aku dipilih. Karena pernah ingat dengan pesan Mas Bery, kalo dapat orderan jadi pembicara ambil dulu dah, karena itu akan menjadi sarana pembelajaran yang luar biasa. Oke deh, bismillah tugas ini kusanggupi. Kutunggu-tunggu tidak ada berita lagi, jadi tidak sih sebenarnya. Eh, H-2 baru ada konfirmasi lagi. Ternyata jadi.
Karena aku termasuk golongan orang kampus yang tidak terbiasa mengisi di forum formal (karena hobinya blusukan plus kongkoi2 di warung kopi, kayak koboi aja) jadinya pagi itu sangat ribet. Aku pakai baju apa ya, dan stylenya kayak gimana ya. Sempat mikir-mikir juga sambil ngerjain slide yang bentuknya lebih aneh lagi. Sekedar gambar dan sedikit kata singkat. Dan jadilah.
Dengan gaya yang simpel dan tidak jelas, aku mantapkan diri berangkat ke IAIN dengan waktu berangkat yang super mepet berdasarkan waktu di TOR. Dengan ditemani soulmateku yang kocak, Krisna de Biker aku meluncur ke kampus yang katanya sering ia sambangi sejak SD (lah kenapa ga kuliah di sono aja Pak?). Sesampainya di sana, kesan seperti orang ilang terjadi, dan ini tidak untuk kali pertamanya. Untung ada panitia yang segera menyambangi kami. Alhamdulillah gak terlalu lama ngoyot di luar. Dan kami dipersilahkan untuk duduk di dalam untuk menunggu. Kesimpulannya, aku belum telat versi jam nyata, dan pembicara pertama yang datang.
Ketemu Orang Keren
Disela-sela aku menunggu aku berdiskusi dengan Krisna, tentang baliho yang baru saja aku lihat. Di sana tertulis Yuli Ardhika (yah salah lagi nulis namaku), mahasiswa berprestasi UNS (wah ini lebih berat lagi, maaf ya dek Greget, Sifa, mas Muchtar, dan yang lebih tinggi lagi). Kok bisa-bisanya ditulis begitu tanpa adanya konfirmasi ulang. Tapi ga pa pa lah. Semoga ini menjadi cambuk untuk aku bisa membuktikan bahwa aku adalah mawapres meskipun tidak melalui jalur resmi pemilihan mawapres.
Tiba-tiba datang seorang dosen, masih muda dan enerjik. Beliau menyapa kami dengan ramahnya. Setelah berkenalan ternyata eh ternyata beliau adalah alumni UNS juga. Hwaa, dunia sempit banget. Mawapres tahun 2003 lagi, bahkan udah lolos seleksi tingkat nasional lagi. Jadi malu dech. Mak jleb. Tapi tidak apa-apa, kalau aku ditanyain prestasi aku bisa menjawab, dengan jawaban yang selalu ku ingat dari guruku Pak Indrawan Yepe. Jawablah dengan apa yang telah kamu lakukan.
Tak lama pula, datangnya Pak Solikhin Abu Izzudin, sang guru yang buku-bukunya sangat memotivasi banget. Makin mak jleb jleb jleb. Hah, aku disandingkan dengan pembicara-pembicara hebat ini. Rasa deg degan tak tertahankan lagi di dada. Hemm, mencoba menata hati dan pikiran untuk kembali ke orbit awal. Tugasku berbagi, rumusku DO and tell what I DID. Beres. Akhirnya ketenanganku kembali dan momentum belajar itu kembali hadir.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, untuk berdiskusi dengan para pembicara yang super keren ini. Terutama Pak Solikhin, aku dapat bermuwajahah untuk kali keduanya setelah sekian kali hanya menjadi penonton setia dalam acara training-trainingnya.
Beliau membuka komunikasi dengan bercerita tentang diskusinya dengan Prof Furqon bahwa hari ini ada hal yang hilang dari pendidikan kita, yaitu adab. Adab siswa terhadap guru sering terkikis dalam kedekatan yang tidak terkendali atau dalam sebuah penentangan yang luar biasa. Beliau juga bercerita tentang dedikasi yang penting di dunia pendidikan. Karena pendidikan hari ini sudah mulai keluar dari koridor yang benar. Kemudian beliau mengulas banyak hal terkait menulis. Ini ada kalimat-kalimat indah dari beliau yang sempat kucatat.
Menulis itu mengubah masalah menjadi makalah
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tuliskan
Saat Pembuktian
Tibalah saatnya namaku dipanggil dan bersanding dengan Bu Isna, kakak tingkat juga. Hemm, dengan alokasi waktu yang lebih sedikit aku harus berhasil membuat sebuah inspirasi karena ini adalah saat terbaik untuk menyemai pahala. Inilah saat transaksi terbaik antara aku dengan Allah agar Dia melipatgandakan pahalaku dan bersedia untuk mengampuni dosa-dosaku dengan keridhaannya. Aku berharap ceritaku ini akan menjadi kenangan yang membuat pahalaku bertambah dan hidupku semakin indah karena doa dari adik-adik yang banyak itu.
Kumulai dengan sapaan dan senyum terindah. Kubuka pertemuan itu dengan spirit pemuda yang sebentar lagi akan merayakan hari spesial pemuda Indonesia, Sumpah Pemuda. Dan slide-slide anehku yang udah dipermak bagus sama Krisnawan akhirnya ditampilkan juga. Alhamdulillah ternyata justru lebih asyik dan mudah dicerna oleh adik-adik. Bersama dengan paparanku yang relatif lugas semoga bisa dimengerti. Hanya saja, aku pasti menyesal setelah memaparkan, intonasi nadanya pasti kurang membentuk barisan Palung Mariana. Harusnya lebih kutata lagi agar lekuk-lekuknya lebih indah seperti Grand Canyon.
Tibalah sesi tanya jawab dan aku berdoa semoga pertanyaannya bisa ku jawab. Alhamdulillah bisa ku jawab semua. Ternyata memang adik-adik antusias memperhatikan materi dari aku dan Bu Isna. Bahkan ada yang sampai SMS untuk menanyakan sesuatu di luar sesi sesi seminar. Dan aku merasa senang karena Pak Sol tidak disandingkan denganku. Bisa berabe dan speechless kalo tadi dijadikan satu denganku. Terima kasih Allah. Beliau diminta mengisi di bagian kedua.
Ini adalah hari yang banyak memberiku pelajaran. Terima kasih kawan-kawan LDK Fakultas Tarbiyah IAIN Surakarta, semoga di lain kesempatan aku bisa berkunjung ke sana lagi.