Pak Sopir Kehidupan

Di perjalanan pulang, kami masih bersama Pak Sopir yang keren kemarin. Ada pula Bu Sri Nurhidayah yang menjadi pembicara tadi. Jadilah perjalanan pulang itu sarana diskusi dan belajar. Tentu jika kami pun berpendapat sejatinya untuk menggali nasihat-nasihat mereka dalam merespon dan memperbaiki pendapat kami.

Hal yang tidak terduga adalah ternyata sopir yang mengantar jemput kami bukanlah orang sembarangan. Bahkan ketika berdiskusi tentang konsep pendidikan pada anak beliau mampu membuat kami semua terdiam mendengarkan, termasuk Bu Sri Nurhidayah sendiri. Pak Roni, begitulah namanya, sosok inspiratif yang menemani perjalanan sore ini pun memberikan wejangan soal pendidikan untuk buah hati. Dua SKS lah kira-kira bobotnya sehingga perjalanan yang penuh kemacetan itu menjadi terlupakan karena begitu menariknya diskusi ini.

Di saat kami sibuk dengan home schooling, sekolah alam dan berbagai konsep pendidikan alternatif lainnya, beliau memberi garis bawah bahwa semua metode itu seharusnya diawali dari tiga prinsip ini. Pendidikan itu hendaklah membuat si anak mengenal tiga hal paling awal, yakni tauhid, al-Quran, dan adab terhadap orang tua. Bagi beliau jika tiga hal ini gagal diwujudkan dalam proses pendidikan, maka hal-hal lain menjadi tidak berkah.

Tauhid menjadikan anak sejak awal telah mengenal konsep ketuhanan yang benar sesuai dengan apa yang dituntunkan Rasulullah. Sebenarnya mencintai alam, mengenali lingkungan, dan melakukan perbaikan itu sebagai representasi makhluk yang mengenal tauhid yang benar. Karena jika tauhidnya rapuh, aktivitas itu hanya menjadi hal yang semu. Aktivitas cinta alam dan melakukan perbaikan kepemimpinan negeri ini adalah representasi dari pemahaman manusia sebagai wakil Allah di muka bumi.

Berikutnya adalah mengenalkan anak pada al-Quran sejak dini. Beliau memberi ungkapan yang sederhana. Jangan sampai anakmu ngaji dan khatam al-Quran dari orang lain. Pesan yang sederhana itu mengingatkan bahwa sebagai orang tua, maka menanamkan nilai-nilai Qurani itu adalah tanggung jawab setiap orang tua, dan tidak selayaknya diwakilkan. Itu artinya sebelum menjadi orang tua, kita harus belajar dan membekali diri sebaik mungkin dengan pemahaman agama ini. Selain itu, kita harus merancang waktu kerja sebaik mungkin sehingga tidak ada alasan sibuk dan capek ketika sudah membimbing si buah hati.

Yang terakhir adalah adab kepada orang tua. Banyaknya fenomena anak cerdas lalu menjadi sombong, atau anak cerdas dan peringkat pertama namun akhlaknya terhadap orang tuanya tidak karuan. Itulah yang menjadi bibit koruptor di negeri ini. Bahkan mungkin adanya orang-orang yang pandai agama tapi justru menjadi liberal adalah karena kerapuhan tauhid, tidak terlaksanakannya tanggung jawab orang tua mengenalkan al-Quran dan tidak diperolehnya pengajaran adab dari orang tua. Maka adab terhadap orang tua adalah hal pertama yang harus dikenalkan orang tua terhadap anak-anaknya. Maka kata kuncinya adalah orang tua menjadi teladan terbaik bagi anak-anaknya.

Demikianlah kuliah singkat dari beliau di sela-sela diskusi itu. Satu penjelasan sederhana yang membuat kami semua terdiam sejenak setelah beliau selesai memaparkannya. Aku pun setuju, karena setelah tiga hal itu terpenuhi sebenarnya sang anak pun akan mengerti apa yang seharusnya ia pelajari dan kembangkan untuk kemaslahatan hidup dan perannya nanti. Bagiku inilah rangkaian perjalanan panjang yang sangat inspiratif. Allah memilihkan itu untuk kami, bukan yang lain.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.