Ceritanya usai kunjungan ke Gymnasium dan berbincang ria dengan Prof. Tausch, Dr. Amithab menemui kami dan menanyakan apakah nanti malam jam 10 jadi ikut pertemuan dengan ODEON International Student Club. Beliau menawarkan kepada kami bisa ikut bisa tidak. Kalo mau ikut jam setengah 10 akan dijemput di apartemen. Karena itu bagian dari yang telah dijadwalkan kami tetap mengiyakan meskipun sebenarnya kemudian muncul di hatiku sesuatu yang mengganjal. Pertama masak pertemuan dengan kelompok studi jam segitu. Kedua, kenapa kalau acara ini penting beliau menawarkan ya atau tidak, bahkan juga malah menawarkan sebelumnya untuk ikut pesta bersamanya. Tetapi buru-buru aku membuang pikiran itu dan menikmati sore di apartemen menunggu jemputan beliau.

Tepat jam 9.30 akhirnya beliau mengunjungi apartemen kami. Dengan mobil mewah beliau, kami dijemput dan di ajak ke sebuah tempat yang tidak asing, yaitu asrama mahasiswa tempat mas Ferdi tinggal. Kami terus berjalan menuju lantai yang paling dasar. Dan, ah, ternyata ODEON International Student Club itu nama sebuah klub malam mahasiswa Wuppertal to. Pertama aku merasa syok karena jangankan komplek pelacuran, wong diskotik lokal aja belum pernah, ini malah clubing mahasiswa, di Eropa lagi. Waduh-waduh, doktor Amithab, kenapa ga ngasih penjelasan panjang ya tadi siang. Dan lebih salah lagi kenapa aku tidak mengorek dengan detil kegiatannya.

Akhirnya kami cuma ngenthung di sana. Ketika yang lain pesan bir, kami hanya memesan air putih. Eh, ternyata air putih di club itu yang mengandung asam karbonat, jadi rasanya persis minum air aki, meskipun tidak mengandung alkohol sama sekali. Ketika yang lain terus menenggak bir sampai ada yang mulai ngaco (bedanya orang-orang sini jauh lebih bisa mengontrol diri mereka dibanding orang Indonesia, bahkan mereka yang sudah habis 10 botol sekalipun, karena mereka selalu penuh perhitungan dan pertimbangan sebelum melakukan), kami mencoba menikmati jadwal yang salah tempat ini dengan melihat permainan semacam sepak bola mini yang digerakkan oleh dua orang di masing-masing kubu. Mereka menggarakkan sebelas patung pemain untuk mencetak satu gol. Lumayan menghibur meski di sekeliling kami sudah pasti gadis-gadis super cantik (maklum orang Jerman), yang bertindik, bertato, namun lebih banyak yang penampilannya standar cantik dan tampan (karena mahasiswa) berkeliaran menenggak bir (namun tidak merokok) dan saling berbincang.

Kami dikenalkan Dr. Amithab dengan Cristina, salah satu mahasiswinya. Di sini seorang doktor maupun mahasiswa itu hanya terjadi dalam hal siapa yang belajar dan siapa yang memberi ujian, di kuliah maupun di luar itu komunikasi tetap terjalin seperti teman biasa, semakin akrab semakin luar biasa. Dia bercerita bahwa, malam ini Dr. Amithab tidak akan mabuk segila biasanya karena memiliki tanggung jawab untuk mengantar kami pulang ketika jam 12 malam nanti. Cukup lega, namun juga tetap bosan menunggu 2 jam itu berlalu. Namun demikian, aku bisa berkenalan dengan seorang mahasiswa angkatan muda yang berama Oliver Lageman, dengannya aku dapat berdiskusi sampai akhirnya kami pulang. Meskipun dia peminum bir, tapi aku terus menikmati pembicaraan kami dan terus melempar senyum. Yah, tetap saja ada sisi baiknya.

Lain kali, jangan asal ngikut. Kedua, pelajari bahasa dan konteks pembicaraan setiap orang yang berkepentingan dengan kita agar tidak terjadi kesalah pahaman. Dr. Amithab, terima kasih telah menyadarkan kepadaku bahwa kita harus berpikir menurut kontek masyarakat atau subyek kita sehingga kita tidak banyak membuat prasangka yang aneh-aneh.

6 Comments

    1. ardika

      Ha ha iya mbak. Jangankan mabuknya, ke klubnya aja aku udah ga mau lagi. Hemm, ga biasa ke tempat gituan soalnya. Tapi memang di sini keberadaan klub seperti itu sangat dibutuhkan sepertinya, karena iklim kerja dan kultur yang ada di masyarakat sudah terbentuk.

      1. pursuingmydream

        Saya juga belum pernah ke club, penasaran aja pengen satu kali lihat. Kalau minum ya kadang-kadang kalau sedang ada acara, dan suami pastinya tidak minum karena dia nyetir. Kalau kebanyakan minum (mungkin krn kadar alkohonya tinggi) efeknya jadi pinter ngomong bhs Jermannya alias ngoceh2 :D, saya kapok!.

        1. ardika

          He he. Kemarin ikut menikmati gluhwine ketika acara makan malam bersama tim Prof. Tausch, tapi yang khusus buat anak2 (non-alkohol, karena dalam agama saya dilarang meminum yang mengandung alkohol + memabukkan) waduh2 asamnya minta ampun, secangkir aja ga abis mbak. Nggak kebayang kalo bir yang ada alkoholnya, apalagi vodka yang biasa diminum para pemabuk di Indonesia atau dimanapun itu. ha ha.

          1. ardika

            Ha ha, cuma dikasih, tinggal minum, ga enak kalo minta macem2. Pengalaman pertama. Tapi asyik juga musim dingin seperti ini, kalo malam lihat pemandangan indah dengan warna-warni lampu hias yang di depan rumah, di pepohonan dan di kota-kota. Kata salah satu teman yang asli Jerman, di sini bangunan itu biasa2 aja, tetapi suasananya itu mengesankan terlebih di malam hari. Memang betul, orang2 jerman itu detail dan penuh dengan perencanaan. Inspirasi yang keren buat saya

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.