Duhai yang hijau
Kau begitu memesonaku
Di tengah hamparan itu
Kau melambai memberiku asa
Menghilangkan gelisah dan resah
Menumbuhkan cinta di jiwaku
Duhai yang biru
Kau tak kalah memesonaku
Menjadi cermin dia yang hijau
Sesekali kau berkamus hitam putih abu-abu
Engkau tetap teduh dalam yakinmu
Tanpa harus bercerita bahwa engkau selalu sama
Duhai aku
Yang silih berganti dalam kabut rasa
Mencinta kemudian membenci
Suka lalu berpaling hati
Ah, itulah laku manusiawi
Yang terkadang diangkuhi
Yang tak pernah diinsyafi
Terpesona aku
Tertegun aku memandang batas horizon itu
Yang hijau, yang biru, mereka sejatinya berbeda
Tapi mereka saja bisa bersua di ujung sana
Lalu bagaimana kita yang sebenarnya diciptakan dalam persamaan dan perbedaan
Mengapa masih suka mengerling sesama dengan tatapan tidak suka
Atau sebenarnya kita memang sedang memendam lara