Saat mata terbuka tak lagi kudengari kicauan burung-burung itu
Padahal 15 tahun yang lalu, kicauan burung-burung kecil kerap membangunkan tidurku yang malas
Hari ini mungkin kutilang tinggal cerita, pentet tinggal obrolan, apalagi kepodang, ia hanya gambar di bawah tulisan “satwa yang dilindungi undang-undang“
Burung-burung yang cantik itu kini tinggal cerita
Ketika aku ke desa, hampir keberadaannya hanya bisa kupandang ketika aku ke pasar di kios para penjual burung
Itu hanya tentang burung yang sepi berkicau di waktu pagi
Bagaimana jika hari ini generasi muda juga menghilang
Desa sepi, masjid sepi, perkumpulan pemuda sepi, oh menyedihkan
Perempatan jalan mendadak ramai, jalan-jalan mendadak ramai dengan raungan mesin yang tidak normal
Mungkin hari ini kita akan bertanya, masih adakah partner yang setia dengan visi besar ini
Berjalan bersama, melangkah seiringan untuk membenahi kehidupan berdasarkan apa yang telah kita pahami di bangku pendidikan
Dan semua itu berkumpul menjadi sebuah kerinduan
Dan tahukah arti kerinduan itu bagiku
Yakni saat hati ini merasa sepi untuk berbagi
Ramai berbicara tapi tak pernah bertemu dalam esensi
Hanya basa-basi yang kerap kali menghabiskan waktu kita hari ini
Dan kesepian ini hanya bisa dijawab dengan setiap pembicaraan sejarah dan masa depan
Di negeri yang penuh dengan aroma basa-basi ini
Setiap pembicaraan yang terjalin, maka pikiran ini terus mencari, hati ini merasai
Tuk menemukan ikatan yang sesungguhnya dari jiwa-jiwa muda yang masih ingin melihat Indonesia emas
Ataupun belahan jiwa yang akan setia menjadi kunci dinasti sang pengubah sejarah
Ia yang mengerti sejarah dan selalu mendongeng untuk generasinya tentang kepahlawanan dan optimisme
Maka semoga kelak aku diampuni dan diberi kesempatan untuk bertemu dengan jiwa-jiwa yang kuinginkan itu
Sebagaimana kurindukan burung-burung kembali berkicau riang di pucuk-pucuk pepohonan desaku
Sebagai pelepas rasa rindu