Kemarin, Rabu, 15 Mei 2013. Seperti yang dijanjikan oleh International Office UNS, akan diselenggarakan perhelatan UNS Tell Us yang mengundang teman-teman mahasiswa UNS asal Uzbekistan dan mas Agustinus Wibowo. Agenda hari ini adalah agenda peresmian UNS Tell Us sebagai wahana sharing dan komunikasi antara mahasiswa UNS dengan mahasiswa asing, dan tempat sharing mahasiswa UNS yang habis pulang dari luar negeri.
Aku sangat senang, karena usai acara tersebut, kami 10 orang terpilih untuk makan siang dengan Mas Agustinus Wibowo dapat berdiskusi lebih banyak dengan traveler gila yang pernah mengembara 10 tahun di kawasan Asia daratan mulai dari Beijing hingga Afghanistan. Selain itu katanya dapat kaos, buku, mug dll.
Acara tersebut dimulai dengan eksebisi teman-teman mahasiswa UNS asal Uzbekistan. Mereka bercerita berbagai hal tentang Uzbekistan, mulai dari makanan khasnya, kemudian adat pernikahannya dan sebagainya. Ada mbak Rima yang cantik, didampingi dua pria tampan Masoud dan satunya aku lupa. Mereka bertiga menjelaskan Uzbekistan kepada kami dalam bahasa Indonesia. Wow, sesuatu banget deh. Aku dapat kenang-kenangan loh setelah berhasil menyelesaikan permainan khas Uzbekistan.
Sampai akhirnya tiba giliran mas Agustinus Wibowo. Pria berwajah Tionghoa (karena memang keturunan Tionghoa) ini sangat bersemangat berbagi inspirasinya. Karena AC-nya mati, sampai-sampai baju mas Agus basah kuyup dihujani keringatnya sendiri. Dari paparan beliau itu ada beberapa hal yang kugarisbawahi.
Perjalanan itu akan bermakna ketika kita memiliki niat yang tulus dan mempersiapkannya. Perjalanan itu tidak terletak pada ke mana atau di mana, tapi sebenarnya apa yang akan kita gali dan kita nikmati dari perjalanan itu. Maka sesungguhnya hikmah perjalanan itu ya hikmah kehidupan itu sendiri, baik ia senang, susah, dan payah. Semua kembali pada diri yang memaknai perjalanan panjang tersebut. Kesimpulannya adalah dengan kita mau melakukan perjalanan itu maka sesungguhnya kita dapat menghubungkan berbagai batas yang selama ini sering membuat kita sempit berpikir dan bermusuhan. Tak ada yang lebih indah dari perjalanan itu selain kemudian membuat kita semakin mengenal siapa diri kita. Dan kata penutup dari beliau, mulailah perjalanan Anda dari pekarangan belakang rumah Anda. (Tafsirkan sendiri)
Pada sesi makan siangnya aku bertanya satu hal yang menurutku mengagumkan. Aku penasaran bagaimana beliau itu sangat mudah berkawan dan sampai-sampai ketika mengembara ke negara-negara di asia tengah, hampir setiap hari bisa bermalam di rumah-rumah penduduk (itu artinya gratis biaya penginapan). Aku tidak heran dengan keramahan dan cara bergaul beliau yang sangat luar biasa. Hanya saja baru kenal langsung bermalam bagiku sesuatu banget. Ternyata karakter penduduk di sana memang sangat ramah dalam memperlakukan tamunya. Terlebih jika berasal dari negara-negara yang tidak bermasalah. Dan Indonesia ternyata termasuk dari golongan negara itu. Beruntung sekali aku menjadi orang Indonesia.
Dan dari semua pertemuan hari ini, aku simpulkan bahwa perjalanan hari seharusnya membuat kita semakin bangga sebagai orang Indonesia. Jika demikian, mempelajari budaya asing, bahasa asing, dan gaya hidup asing itu bukan tujuan untuk membuat kita kehilangan jati diri, tapi mempersiapkan globalisasi agar kita tidak dikuasai orang asing. Lantas bagaimana mereka yang hari ini justru terlarut dalam gaya hidup westernis, koreanis, japanis dan sebagainya. Ah, kasihan sekali ….