Saat menikmati cemilan siang sambil membaca sebuah masterpiece ust. Hassan Al-Banna, Risalah Pergerakan, tak sengaja aku mendengar percakapan salah satu anak pemilik warung makan yang kutempati. Dulunya dia adalah orang yang terjebak dalam dunia hitam, baik dalam minum-minuman keras maupun gang anak nakal.

Dalam percakapan tersebut, karena cuma dibelakangku, dia berbagi kepada temannya dulu yang juga sama-sama rusak bagaimana dia sekarang berupaya keras untuk berhenti. Hal itu telah kusaksikan sejak aku pindah ke masjid Abu Bakar, aku mendapati mas ini memang sangat baik dan sopan meskipun di badannya bersarang tato-tato banyak. Dalam pengakuannya dirinya ingin menjadi orang yang berpikir normal dan tidak diracuni lagi dengan minuman keras.

Tanpa diduga, percakapan mereka pun sampai pada pembicaraan rekan mereka yang sudah terjerat narkoba. Ini hanya percakapan mereka, tapi setidaknya bagiku ini informasi tentang modus baru di dunia kepolisian. Teman mereka yang orang kaya itu terjaring dalam sebuah razia oleh pihak kepolisian ketika sedang berjudi, dan tentunya memakai narkoba. Tapi sayangnya hasil tes urin sengaja dinegatifkan setelah sang ayah memberikan tebusan sekian puluh juta agar kasus narkoba tidak dialamatkan pada anaknya yang nakal itu. Benar tidaknya itu adalah rumor pembicaraan mereka. Hanya saja pengalaman panjangku di percakapan-percakapan orang kampung itu relatif dekat dengan kenyataan, terlebih kawasan pinggiran. Kepolosan mereka itu menjadi sebuah daya tarik tersendiri dalam setiap pembicaraan.

Aku hanya mengelus dada, karena kebetulan yang kubaca juga pas membahas masalah kebobrokan umat Islam di zaman ini yang tidak pede lagi dengan ke-Islam-annya dan justru malah terhanyut dalam nilai-nilai asing nan merusak. Di saat zaman semakin menggila, kita semakin terlena dan menikmati segala kegilaan ini hingga semua sempurna berpadu dalam kerusakan yang nyata.

Aku trenyuh dengan keinginan mereka untuk bertaubat. Hari ini memunculkan kesadaran sendiri seperti itu rasanya adalah anugerah besar dari Allah di tengah gemerlap dunia dan pengaruh buruh yang lebih besar ketimbang lingkungan baiknya. Bagaimana pun mereka adalah manusia yang mendapat keberuntungan akan hal ini. Aku berkaca pada diriku yang hari ini alhamdulillah selalu tersesat dalam lingkungan yang baik sehingga bisa belajar untuk terus berbuat baik meskipun sepertinya juga tak kalah parahnya seandainya tidak Allah berikan pertolongan atas lingkungan yang baik ini.

Keinginan bertaubat adalah kesadaran yang seharusnya selalu terbangun agar Allah selalu menolong hari-hari kita dan menghapuskan dosa-dosa kita. Hari ini mungkin itu seharusnya menjadi aktivitas yang paling rutin kita ketika dunia sedang diguncang dengan gosip dan isu yang tidak patut dibahas. Setiap prasangka kita, kebiasaan buruk kita, dan masa lalu kita akan terus terulang jika kita tidak membiasakan bertaubat setiap saat.

Karena hari ini semua itu penuh dengan kamuflase. Penampilan lahir yang baik pun bahkan tak sepenuhnya menjamin kebaikan sebagaimana yang terlihat, apalagi yang tidak. Tampang alim atau yang berkerudung rapat bukan jaminan bahwa kebaikan selalu melekat bersamanya. Semua kembali pada hati dan kesadaran diri untuk bertaubat dan selalu menjadikan hari-hari kita semakin lebih baik.

Semoga kita diberi keistiqomahan oleh Allah untuk terus menjadi orang yang selalu berusaha berbuat baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.