Ini adalah hari-hari yang tidak membuat hidupku nyaman. Tanggungan tugas akhir yang tak kunjung kelar membuatku cukup jengah dalam nuansa bosan. Rasanya ingin lobi saja seandainya TA-TA itu bisa diganti dengan karya-karya yang udah tak buat dan menjuarai kompetisi yang lalu. Terlanjur malasnya sering berkunjung ke kampus (karena tidak menemukan iklim yang nyaman) dan passion yang belakangan ini memang baru ketemu ternyata membuatku harus berpikir ulang untuk mendefinisikan idealismeku.
Aku hanyalah seorang pemuda yang terbiasa berpikir bebas. Aku selalu mendasarkan pada kerangka positif berdasarkan informasi yang berhasil kuhimpun atas berbagai pengalaman panjang yang kudapati. Kata orang aku kelihatan netral, meski jelas tidak dong. Tapi sudahlah, tak penting aku jadi seperti apa di pandangan orang, yang jelas aku hari ini tetap berusaha menjadi orang seidealis mungkin. Karena idealisme itu adalah satu-satunya jaminan harga diri seorang pemuda. Jika pemuda sudah kehilangan itu, apa lagi yang masih berharga baginya.
Idealisme itu sendiri mungkin sering diperdebatkan. Apa sih idealisme? Menurut hematku, idealisme adalah sekumpulan prinsip hidup yang aku yakini. Hari ini aku sedang bermasalah dengan masalah lulusku yang tak kunjung terwujud. Ketika kudalami sebenarnya aku tidak mengalami kesulitan untuk mengerjakan, kalau bukan karena passion lah yang mengalihkan dunia ku ditambah dengan prosedur yang membosankanku.
Terpikir olehku bahwa TA bagiku hanyalah syarat lulus. Benarkah? Kenapa aku harus begitu memikirkannya, bahkan sekiranya diberi C, apakah itu menjadi masalah buatku. Aku sudah mendapatkan banyak hal yang luar biasa selama kuliah. Lebih dari sekedar nilai A dan B yang sering menjadi kebanggaan banyak mahasiswa. Kesempatan dan berbagai ilmu spesial selama di kampus ini tentu lebih berharga dari apa yang kuperoleh secara formal dalam perkuliahan.
Yah, sepertinya aku harus menegaskan bahwa idealismeku adalah untuk mewujudkan mimpi perjuanganku dan menjadikan diri ini bebas dari kekangan perasaanku sendiri. Karena diri ini telah terikat dengan fitrah sebagai makhluk tuhan yang hanya boleh bergantung pada kehendak-Nya. Aku harus berani untuk mengambil pilihan ini. Aku hanya butuh segera terbebas dan menikmati perjalanan hidupku bersama passion yang kini telah hadir bersama setiap denyut nadi dan aliran darahku.
Bismillah, cara tercepat lulus harus segera kukerahkan. Aku akan ambil keputusan ekstrim ini.