Malu Pada Mereka yang Papa

Aku merasa tertohok ketika hari ini kuliahku terlalu lama. Apalagi setelah membaca kisah para tokoh yang kini namanya telah melejit di tataran nasional. Ternyata banyak dari mereka yang berasal dari keluarga miskin. Kemiskinan mereka bukan semakin melemahkan, melainkan justru melecutkan semangat mereka untuk terus bekerja keras memperbaiki nasib di kemudian hari.

Mahfud MD, Bambang Sudibyo, Warsito Purwataruna, dan sederetan nama-nama keren hari ini dari yang bergelar Profesor, doktor hingga ahli-ahli yang lain ternyata mereka dulu lebih susah dengan keadaanku sekarang. Ah, rupanya diri ini terlalu banyak alasan untuk tidak segera lulus. Dan terakhir tembakan duar dari kaprodi agar aku segera mengakhiri masa studiku ini dengan hormat.

Akhirnya, aku hanya bisa tersenyum kecut dengan hal ini. Terlebih satu kawanku baru saja mengabari bahwa dia akan berangkat ke Jerman setelah beberapa hari sebelumnya dia mengatakan bahwa akan ada invisible hand yang mengantarkannya pada perjalanannya yang paling ambisius ini. Tangan tuhan memang tangan yang paling kuasa. Tapi seringkali aku angkuh dengan Tangan yang luar biasa itu.

Aku tertampar dengan buku ini dan kisah Ernyratnawati yang akan segera menggenapkan petualangannya di akhir tahun pelajaran ini. Sebuah hadiah dari Allah untuknya. Dan itu berarti aku tak boleh kalah seperti para tokoh yang telah berjaya tersebut. Aku pasti bisa! Aku pasti bisa! Aku pasti bisa! Aku pasti bisa!