Ceritanya tadi malam aku lagi online di markas. Eh, tiba-tiba rombongan para Gus blogger datang mengunjungi kami. Ternyata mereka akan bermalam di sini. Jadilah malam ini akan ramai dengan para blogger yang lagi Tour. Aku lupa namanya, tapi beliau adalah salah satu dosen yang menjadi SC ASEAN Blogger Conference 2013 tahun ini.

Akhirnya mereka mengajak makan-makan, dan aku dibawakan makanan. Ah, tengah malam rencana mau balik kos jadinya makan malam deh. Nah, di saat-saat setelah itu aku bimbang mau tidur atau tidak? Karena kalau tidur sepertinya jadi tidak nyenyak karena suasananya kekenyangan. Kalau menunda tidur dan mepet subuh jadinya malah kesiangan. Akhirnya kuputuskan online saja sampai subuh.

Setelah para tamu dan teman-teman tidur aku masih tetap melek. Sambil melihat beberapa fenomena kebangkitan umat Islam di dunia. Kisah Muslim Uyghur China yang diceritakan oleh mas Agustinus Wibowo di bukunya “Titik Nol“. Ingatanku kemudian kembali ke tanah Wuppertal dan Jerman ketika saat itu kujumpai banyak orang-orang muslim di sana. Hari ini dunia telah kembali bergeliat untuk dewasa dalam mencari keyakinan masing-masing. Maka aku membuka sebuah video di sekolah muslim perempuan di China. Kemudian juga ada mahasiswa-mahasiswa di Chosun University Korea Selatan sedang tilawah sebelum memulai belajarnya.

Hal itu menjadi kenangan tersendiri bagiku. Bagaimana hari ini kebanyakan umat Islam di Indonesia justru semakin jauh dengan agamanya. Mereka memang memegang status itu, penuh dengan klaim, dan terkadang sering melakukan kekerasan atas nama Islam pada hal-hal yang tidak menjadi prioritas perbaikan umat, selain hanya perusakan yang justru menjadikan orang-orang Islam awam semakin takut dan benci dengan Islam. Juga umat lain yang semakin antipati dengan Islam. Sebuah pemahaman yang jauh dari keteladanan sang manusia agung, Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Para siswa yang fasih berbahasa China begitu berusaha keras membaca al-Quran dengan lafal bahasa Arab yang bagi mereka sangat sulit. Begitupun mahasiswa asli keturunan Korea juga berusaha keras melafalkan surat-surat di Juz Amma dengan bahasa sebagaimana bahasa diturunkan ditempatnya. Mereka sangat bersemangat dan terlihat antusias. Sebuah tamparan untuk muslim Indonesia yang dikaruniai lidah bagus untuk melafalkan berbagai bahasa selain bahasa ibunya.

Maka apa yang menghalangi kita untuk menunda memperbaiki bacaan Quran kita? Maka apakah yang membuat kita tidak bisa meluangkan waktu untuk membaca kitabullah mulia itu barang satu juz sehari. Kita dikaruniai lidah yang fasih untuk mempelajari bahasa, tapi bahasa Inggris dan bahasa Arab mayoritas orang Indonesia payah. Ah aku malu.

Menjelang shalat Subuh aku pun bergegas meninggalkan teman-teman yang masih asyik dalam mimpinya. Jalan kota Solo yang begitu sepi dengan kendaraan-kendaraan besar yang cepat membuatku harus waspada. Sampai akhirnya melewati kawasan perempatan yang ada lampu merahnya. Memang sepi, tapi lampu merah tetap harus dipatuhi. Aku berhenti. Dan dari kejauhan sebuah bus besar mengerem hingga mengerang dan ikut berhenti di belakangku.

Sopirnya melongok dan menanyakanku, “Mas, kenapa berhenti?“. Aku diam, dalam hati aku bilang, ga lihat lampu lalu lintas apa pak. Dan itulah kita hari ini, kita mungkin lupa bahwa sebenarnya kita telah memiliki aturan yang jelas dan indah. Tapi kitalah yang memang suka melanggarnya. Khusus bagi umat Islam, masihkan kita harus bertanya atau berdebat bahwa aturan agama kita rancu. Sudahlah, jika hari ini kita masih malu menjadi muslim dan menunjukkan identitas muslim kita, bangsa ini justru akan identitasnya. Karena bangsa ini besar salah satu dengan perjuangan kaum muslimin. Ini bukan klaim untuk saling kuasa-menguasai. Tapi tanggung jawab para cendikiawan muslim untuk terus mengedukasi masyarakatnya di tengah arus dekadensi moral yang semakin menghancurkan ini.

Aku sampai kos yang kebetulan menempel di masjid dengan selamat setelah sebelumnya sempat berpikir akan berakhir di depan bus besar tadi. Segala puji bagi Allah atas hidup yang masih diberikan ini. Setelah subuh aku langsung tidur untuk menebus dua malam yang tidak normal ini. Allah membangunkan lagi setelah adzan Dzuhur berkumandang. Dan setelah itu tilawah pun terasa lebih bersemangat gara-gara gadis China dan mahasiswa-mahasiswa Korea yang bersemangat tadi malam.

Lampu merah, tetaplah ia merah. Maka berhentilah!

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses