Pak Hartoyo alias Rakimin, demikian nama kakekku. Tapi tak banyak orang mengenal nama itu. Beliau lebih akrab dengan sebutan Pak Malaria. Aku pun sering menjadi buah bibir ketika orang bertanya alamatku dan dikaitkan dengan Pak Malaria itu. Siapa beliau? Dan mengapa beliau disebut Pak Malaria.
Tulisan ini adalah kenangan indahku melewati hari-hari bersama sang Kakek sejak kecil hingga akhirnya beliau berpulang di hari yang sangat spesial, Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei.
Dahulu ketika wabah malaria menyebar di era tahun 80-an di Gunungkidul, kakek menjadi salah satu mantri yang aktif bergerak memberikan penyuluhan kesehatan dan melakukan pengobatan ke tiga kecamatan di kawasan utara Gunungkidul, yaitu kecamatan Nglipar, Ngawen, dan Semin. Beliau berkeliling dengan sepeda ontel kesayangannya yang kata beliau, sepeda itu telah berjasa mengantarnya kemana-mana sebelum akhirnya sekitar 5 tahun lalu sepeda itu diminta oleh adiknya untuk digunakan.
Dari situlah orang-orang mengenal beliau dengan sebutan Pak Malaria. Dan hingga saat itu, ukuran kekerabatan di desa kami salah satunya dilihat dari kedekatannya dengan Pak Malaria. Diam-diam aku bangga menjadi cucu mantri kesehatan yang pernah berjasa mengobati ratusan orang yang menderita malaria. Aku bersyukur punya kakek yang telah mewariskan sejarah itu? Selanjutnya aku kelak akan membuat apa ya?
Setiap aku pulang di waktu-waktu remajaku ini, aku sering berduaan beliau, mendengar kisah bagaimana masa-masa Gunung Kelud meletus hingga kini kawahnya hilang dari peradaban. Kisah tentang masa perang kemerdekaan. Kisah tentang pembantaian G-30 S/ PKI. Kisah-kisah itu beliau ceritakan dengan semangat sambil menikmati kudapan yang disediakan oleh mama. Ah asyiknya kala itu.
Kini Pak Malaria itu telah pergi. Bersama kenangan indah di hati orang-orang yang pernah bertemu dengannya. Ribuan pelayat silih berganti mengucapkan penghormatan padanya. Bagiku, kakek adalah sosok yang sangat menginspirasi. Bagi masyarakat beliau sangat disegani dan dihormati. Bagi dunia kesehatan, beliau telah menunaikan janjinya untuk negeri. Semoga Allah mengganti semua amal kebaikanmu dengan keridhaan-Nya. Semoga kita bisa bertemu kembali di Syurga-Nya nanti ya kakek. Amiin!