Sejak kepulanganku dari Eropa, bahasa Inggrisku yang awalnya udah agak-agak berbunyi kini membeku lagi. Entah kenapa bahasa yang sejak kecil memang sulit kupelajari hingga gedhe seperti sekarang ini membuat aku hari ini bungkam waktu menyambut kehadiran dua orang mahasiswa yang mengikuti program AEISEC di Indonesia.

Paddy Zhuang, gadis asal China dan Nick Chuang, bujang yang tingginya kayak menara asal Taiwan tadi sore berkunjung ke Rumah Pintu. Sebagai sekjend tentu saja aku dikerjai untuk menyambut mereka, di samping karena gara-gara aku pernah ke luar negeri. Sebenarnya ada yang jauh lebih hebat dariku untuk urusan bicara dalam bahasa Inggris, yakni waketnya alias si Faza. Tapi apa boleh buat, today he has a bussines.

Meskipun awalnya cuma saling senyum sambil membisu karena kaku mau ngomong apa, akhirnya aku mencoba berbasa-basi dengan bahasa Inggrisku yang sudah semrawut lagi. Yah, resepnya cuma PD sama didukung bahasa tubuh. Aku percaya kalau pun kita tersedak di tengah-tengah (gara-gara lupa kosa kata) atau kita mengucap bahasa Alien bagi mereka (gara-gara susunanya semrawut), bahasa tubuh yang kita tunjukkan akan membuat mereka mengerti. Apalagi kami sama-sama bukan native speaker.

Agenda mereka hari ini adalah farewell session. Karena besok pagi mereka akan kembali ke negara mereka masing-masing setelah enam minggu di Indonesia, berpindah-pindah ke beberapa kota. Dua sahabat dari negeri timur ini mengaku terkesan dengan Indonesia, dengan anak-anak dan sahabat-sahabat yang mereka jumpai selama berada di sini. Meskipun anak-anak belum banyak mengerti bahasa Inggris, tapi itu tak akan pernah menghentikan keakraban mereka untuk menyapa dua bule itu.

Paddy bercerita bahwa suatu saat mereka akan kembali ke negeri ini. Aku belum sepenuhnya paham maksudnya, tapi yang jelas dia berencana hidup di negeri lain mengingat negerinya sudah penuh sesak oleh milyaran manusia. Ah, masa iya, jangan-jangan biar punya akun facebook doang deh lu. Ha ha ha (kan Pemerintah China melarang warganya menggunakan Facebook). Tapi sore ini aku bisa belajar banyak hal setelah berdiskusi dengan teman lintas negara. Pada prinsipnya, meluaskan persahabatan itu penting dijalin di masa-masa muda seperti hari ini.

Acara pun ditutup dengan foto-foto bersama antara keluarga Komunitas Pintu, Rumah Hebat Indonesia, dan mereka berdua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.