Rapat Guru dan Gemuruh Suasana Hati
Usai para siswa melakukan senam pagi, kami bergabung dalam sebuah forum guru. Agenda kami jelas, memaparkan rencana program yang telah kami susun saat di LPI DD, kemudian kami revisi berdasarkan hasil survey beberapa hari kemarin. Dengan mendampingi pak Asrie, kepala SDN 2 Gunung Tabur, kami berasa menjadi pembicara penting yang diundang untuk memberikan ceramah pada hari itu.
Forum awalnya berjalan normal dimulai dengan pak kepala yang memberikan beberapa pengarahan. Dilanjutkan dengan paparan program yang kami usulkan untuk sekolah tersebut. Pada sesi diskusi dan tanya jawab gemuruh pun mulai terjadi. Kasusnya berawal dari seorang guru yang rumahnya kutempati pergi untuk keperluan penting di keluarganya itu rupanya menimbulkan masalah di kalangan warga sekolah. Jadinya pembicaraan di waktu diskusi lebih mengarah ke ghibah. Tentu saja kami tidak merasa nyaman karena itu bukan urusan kami meskipun sebenarnya kami bisa saja menjadi mediator di sana. Tetapi mencampuri urusan orang tanpa mengetahui masalah yang lebih dalam adalah menambah masalah baru.
Gemuruh lainnya pun muncul saat diksi yang diungkapkan mas Baihaqi dalam memaparkan hasil supervisinya membuat salah satu guru protes. Protes tersebut membuat suasana menegang seandainya pak kepala tidak mengambil peran menjadi penengah. Beruntung beliau segera berbicara kembali dan memberitahukan beberapa informasi lainnya dan akhirnya forum yang bergemuruh itu pun reda. Aku pun hanya bisa mengelus dada dan mengambil pelajaran berharga dari peristiwa ini tentang arti penting sebuah komunikasi.
Di sekolah-sekolah Jawa, kepemimpinan seorang kepala sekolah cenderung efektif karena bawahan-bawahannya hampir keseluruhan juga orang Jawa atau orang yang sudah memahami betul kultur orang Jawa. Maka biasanya gemuruh dan debat terbuka jarang terjadi di forum karena ada rasa pekewuh. Tetapi ini juga tidak baik jika sang pimpinan tidak memiliki kebijaksanaan. Sebaliknya, di Berau ini, khususnya di daerah yang kutinggali ini, mereka multietnik. Para gurunya pun berasal dari berbagai kalangan, maka memimpin mereka bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
bersambung ….