Bertemu Sahabat Tanah Air

Usai shalat Jumat, tibalah saat yang tak kuduga itu terjadi. Awalnya aku agak sungkan dengan wajah Asia tadi kalau-kalau mereka orang Malaysia. Soalnya waktu di Abu Dhabi ada orang Malaysia bersikap angkuh terhadap kami waktu temannya yang dari Filipina sedang berdiskusi hangat dengan kami. Ada apakah, tetangga serumpun jadi bermusuhan seperti ini. Bahkan jika mendengar cerita salah satu kenalan yang ke Jepang, barang-barangnya yang made in Indonesia hilang terbuang karena transit di Malaysia, katanya sih waktu pemeriksaan semua barang itu disingkirkan oleh petugas bandara. Masa iya sih, siapa sebenarnya yang memulai permusuhan kalau seperti ini? Atau memang kita yang harus introspeksi diri bahwa kita harus memperbaiki citra dan kualitas manusia Indonesia karena hari ini terlanjur dipandang rendah dan manusia suruhan saja. Dan ternyata mereka adalah dua orang Indonesia, menyapaku dengan hangat dan dengan bahasa Indonesia yang fasih. Oh ternyata. Alhamdulillah. Senang sekali rasanya.

Setelah berkenalan lebih lanjut, ternyata yang satunya mas Rizky dari Bandung, yang satunya mas Ferdi asli Kuningan tetapi pindah ke Bandung. Mereka ternyata mahasiswa yang sudah lama di sini. Mas Rizky udah hampir 4 tahun, sedangkan mas Ferdi udah hampir sepuluh tahun di Jerman. Wah cukup lama ya mereka. Karena mereka mau belanja akhirnya aku ikut juga. Sebenarnya cuaca hari ini salju full sejak jam 8 pagi hingga sore. Jadi ya agak-agak malas juga sih. Tapi karena ketemu sesama orang Indonesia di negeri orang, apalagi di kota kecil seperti Wuppertal ini rasanya benar-benar spesial. Okelah kakak, aku akan ikut kalian. Kami bertiga berjalan menuruni bukit (karena memang kampusnya adalah lereng bukit yang sangat indah) hingga sampai ke sebuah minimarket PENNY (satu grup dengan ALDI dan NETTO). Di tempat itu aku belajar lebih jelas bagaimana berbelanja. Enak sekali ternyata belanja di Jerman, semua lengkap, murah. Kalau tahu begini, sebulan bisa ga nyampai 100 euro satu orang, itu pun sudah makan enak loh.

Karena lama ga ada akses Internet di apartemen, akhirnya aku nekat berencana mengurus koneksi internet lewat modem. Kebetulan di PENNY ada operator PENNI MOBIL dari TELEKOM. Beli kartunya 10 euro, pulsanya 15 euro dengan masa aktivasi sebulan. Ah tidak terlalu mahal dah. Yang penting bisa berselancar dengan nikmat. Dari pada rempong tidak pernah bisa facebookan dan update status. Selain itu ada mas Rizky dan mas Ferdi yang juga menyarankan dan bersedia membantu. Setelah membeli perdana akhirnya kami bertiga ke asrama mahasiswa tempat mas Rizky dan mas Ferdi tinggal. Jangan dibayangkan seperti asrama mahasiswa yang biasanya kumuh dan kotor, di sini gedungnya aja udah keren, melihat isinya lebih keren lagi.

Di sini kuhabiskan waktu untuk online sambil mengurus registrasi kartu di bantu oleh mas Rizky, karena mas Ferdi ada janji badminton di Dusseldorf. Yang benar saja, musim dingin seperti ini kok yang masih pada mau nyempatin badminton. Padahal hujan salju gini. Meskipun sudah lama tinggal, tak lebih nyamankah beristirahat di kamar dan bermain ketika matahari bersinar. Hemm, itu lontaran bodohku keluar. Kalau kita tahu, yah biasa aja, mau musim dingin atau tidak kalau olah raga sebaiknya jalan terus kan. Bener ga? Yah, dijawab bener aja. Ga enak sih sebenarya, merepotkan, tapi inilah mungkin arti persaudaraan. Baru bertemu pertama tapi keakraban kami luar biasa. Bahkan beliau mau menguruskan sambungan internet di modemku sampai beres. Keren kan. Terima kasih mas.

Melawan Dingin

Usai dari asrama mas Ferdi, aku langsung pulang. Ternyata perkiraanku salah. Bus Uni-Express yang sampai di Campus Freundenberg ternyata hanya sampai jam 18.00, padahal perkiraanku sampai jam 19.00. Padahal kondisi sedang habis hujan salju. Itu artinya suhunya makin turun. Kalau hujan salju suhu masih mendekati nol, nah ini setelah itu makin turun lagi. Padahal aku membawa belanjaan yang banyak sekali. Aduh, semoga kuat deh. Amin ya Allah.

Ketika mencari bus yang ke Sandhof ternyata terlalu lama padahal menunggu di luar rasanya udah kayak mau beku. Akhirnya aku memutuskan jalan kaki dari kampus ke apartemen. Sepanjang perjalanan aku berhenti beberapa kali, karena dingin dan kelelahan. Aku terus berdoa agar Allah menguatkanku meretasi tantangan hawa dingin yang terus bergerak menuju angka -10 derajat celcius ini. Dan alhamdulillah akhirnya bisa sampai di asrama dengan selamat. Terima kasih Allah atas kekuatan yang Engkau berikan. Di saat-saat seperti ini, hal terindah yang dapat dipetik adalah menemukan makna syukur ketika Dia menyelematkan diri dari tantangan alam yang ada hari ini, yaitu musim dingin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.