Beranilah bermimpi besar, karena masa depan itu hanya akan menjadi milik orang-orang yang bermimpi besar

Akhirnya selesai juga rangkaian psikotes dan wawancara beasiswa aktivis nusantara Dompet Dhuafa untuk mengawali program tahun kedua ini. Sebagai PJ tempat, maka memilih antrian wawancara paling akhir adalah hal yang tidak perlu kupertimbangkan lagi. Dan alhamdulillah, ja, 22.30 WIB interviewku selesai meski katanya aku paling singkat dibandingkan yang lain.

Hari ini tadi sejak jam 8 pagi kami para penerima Bakti Nusa dari UNS dan UGM sudah stand by di ruang sidang besar kemahasiswaan UNS untuk mengikuti serangkaian “ujian” dari psikolog DD, ibu Yeti, dan penanggung jawab beasiswa program Bakti Nusa, mas Edi. Dari mulai mengisi berbagai instrumen yang banyak, sampai ada yang sangat membosankan hingga akhirnya kami diwawancarai satu per satu selama hampir satu jam untuk tiap orang. Apa sih yang menarik di sini? Simak baik-baik liputannya.

Kegiatan ini bisa dikatakan sebagai fasilitas penting yang disediakan oleh tim Bakti Nusa untuk kami para penerima beasiswa agar dapat memetakan karir pasca kampus serta selalu memegang teguh komitmen sebagai aktivis yang idealis, namun tetap realistis. Value tentang trustworthy, model, professional, inovation, dan brotherhood, adalah tawaran yang ditawarkan untuk kami pahami dan kami internalisasikan di kehidupan kami selanjutnya. Dan jarang sekali lho, ada beasiswa yang sampai memberikan pendampingan seperti ini.

Nah, pada tahun pertama kemarin kami banyak dilatih melalui training dan choaching. Maka pada tahun kedua ini, kamilah yang harus menentukan perencanaan hidup sendiri dan memaparkannya kepada manajemen beasiswa ini untuk nantinya mendapatkan berbagai dukungan dalam mewujudkan visi hidup kami. Maka disinilah arti penting menata hidup itu sendiri. Merencanakan hidup itu berarti sudah menunjukkan adanya kesiapan untuk mengemban amanah, meskipun kita harus yakin bahwa skenario yang Allah takdirkan untuk kita, pasti lebih baik dari apa yang kita rencanakan.

Alhamdulillah, akhir tahun kemarin Allah memberi hadiah (sekaligus ujian) dengan adanya kejutan kecil untuk bisa ke Jerman. Bagiku itu tidak termasuk dalam perencanaanku di waktu dekat ini. Dan sepertinya aku harus mengedit perencanaan hidupku selanjutnya gara-gara efek kepergian ini. Sehingga ketika sesi wawancara yang berkaitan dengan perencanaan hidup selanjutnya tadi, aku menyampaikan beberapa perubahan dan sekaligus mengklarifikasi beberapa mimpiku yang tidak tercapai di tahun 2012 kemarin. Aku berharap orang-orang yang mendengarkan paparanku tadi berdoa untuk kebaikanku, dan aku berharap Allah mengabulkan berbagai impianku yang “baik dalam pandangan-Nya”.

Sahabat, ternyata hidup dengan sebuah mimpi dan perencanaan itu akan membuat kita punya gairah untuk terus bekerja keras. Aku merasa beruntung menjadi salah satu yang terpilih untuk menerima manfaat beasiswa ini. Sejak 3 tahun kuliah di kampus, aku hampir putus asa dalam jebakan idealismeku yang tidak terakomodasi oleh sebuah dukungan dan wawasan yang lebih luas agar aku dapat terus bertahan dalam idealisme itu. Di sini aku mendapatkan kawan baru yang berbeda hingga membuatku mengerti bahwa perbedaan itu aset untuk dikelola agar menghasilkan sesuatu yang lebih produktif. Di sini aku bertemu dengan orang-orang yang dapat menghidupkan potensiku yang lama terkubur oleh kebingungan. Dan di sini, aku dapat menatap masa depanku dengan lebih terang. Dan aku merasa yakin untuk melangkah di masa depan. Meraih mimpi yang paling tinggi, syurga abadi.

Allah, terima kasih atas hikmah yang Kau berikan ini.

2 Comments

    1. ardika

      Kalo yang ini udah lolos mbak, wawancara tahun ini hanya untuk memastikan dukungan apa yang saya butuhkan di tahun kedua. Termasuk di sini aku mengajukan dukungan untuk program latihan bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Kan ada perubahan rencana hidup dalam hal studi. he he

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.