Sekedar klarifikasi, ini bukan masalah pribadiku terkait bagaimana aku menyiapkan hari depanku. Ini adalah hasil obrolan tadi siang dengan 2 temanku yang keren, yang kebetulan memang hanya mereka berdua yang bisa datang di rapat pengurus harian, ketika yang lain tengah disibukkan dalam aktivitas yang lain, dan semoga senantiasa dalam kebaikan.

Bagaimana nasib organisasi yang kami pimpin hari ini ketika telah berganti kepengurusan nanti? Bagaimana kira-kira kepemimpinan adik-adik nanti ya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus menggelayuti pikiranku dan mungkin juga rekan-rekan perjuangan yang lain. Tapi setidaknya aku selalu menepis kegalauan itu dengan sebuah motivasi bahwa tugas kita hari ini adalah menyiapkan mereka menjadi generasi tangguh yang akan menghadapi masa mereka sendiri. Masa yang kita tidak bisa ketahui apalagi didefinisikan. Mungkin bisa kita perkirakan, namun perkiraan itu akan membuat kita sendiri cemas dan membuat adik-adik terbatasi mimpinya. Biarlah masa mereka mereka rasakan dengan penuh perjuangan dan biarlah mereka meretasi itu semua dengan cara mereka sendiri. Kuncinya hari ini adalah kita mempersiapkan mereka dengan sebaik-baiknya.

Sebagai bagian dari peran orang-orang tua di organisasi adalah menyiapkan tawaran garis bantu untuk memperjelas masa depan mereka. Mereka harus mengerti sesuatu yang itu menjadi prinsip dan mengerti nilai-nilai dasar lembaga itu. Masalah gerak, pola kepemimpinan, pola manajerial, pola komunikasi, dan pola-pola yang lain itu hanyalah sebuah teknis yang tentu kita jangan sampai merendahkan adik-adik kita bahwa mereka harus diajari seperti anak SD. Yang terpenting adalah menjadikan mereka itu superteam dan satu keluarga yang terikat janji setia dalam sebuah bingkai amanah masa depan.

Jangan sampai kita tersenyum hari ini melihat adik-adik itu jadi anak baik di mata kita. Apa artinya, mereka hadir bukan untuk hari ini. Hari ini tugas mereka belajar dari kita dan dari pengalaman yang mereka rasakan. Maka tugas kita adalah membuat mereka kaya pengalaman sebelum mereka merasakan tantangan yang sebenarnya. Mengayakan pengalaman berarti membuat mereka terlibat dan terjun secara langsung dalam berbagai prototipe permasalahan atau berbagai masalah yang sengaja kita adakan untuk membuat mereka bertanggung jawab sejak sekarang. Senyum kita adalah ketika mereka kelak berhasil meretas tantangan mereka di masanya dan berhasil menciptakan kader penerus lebih baik dari kita.

Dan saat itu terjadi kita bisa sujud syukur ke lantai berkali-kali sambil meneteskan air mata haru (bukan alay). Atau kita ingin kita beristighfar berkali-kali karena kita melihat generasi penerus kita lemah dan tidak memiliki keberanian serta ketegaran menghadapi badai permasalahan yang makin ganas. Atau malah ingin menjadi orang sok benar yang mengata-ngatai generasi hari ini makin jelek saja. Ini mah orang yang kelewatan, dan biasanya ini perkataan orang yang lalai, entah lalai sekarang bahwa dulu pernah jadi pengurus SIM atau memang sejak dulu hingga kini lalai karena numpang lewat saja bersama SIM waktu itu. Kawan-kawanku pengurus harian, tulisan ini spesial untuk kalian.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.