Serasa belum cukup penjelasan bu Rina, giliran berikutnya adalah Pak Zaid yang memaparkan lebih detil tentang daerah-daerah yang akan menjadi area penempatan kami nanti. Tiga kawasan pedalaman Kalimantan dan satu kawasan pinggiran kota Jayapura Papua. Semua bukanlah tempat yang sebenarnya begitu pelosok (setidaknya masih terjangkau sinyal untuk komunikasi meskipun tidak lagi untuk berinternet ria). Tetapi kenyataan pendidikan di keempat tempat itu membuatku semakin merinding dengan sisi lain Indonesia kita.
Sekolah yang selama ini kulihat sebagai bangunan ideal yang kokoh. Bahkan terkadang angkuh dengan segala bentuk atribut penyeragamannya hingga penegakan disiplin ala militer itu kini pun runtuh dari imajinasiku setelah mendengar cerita tentang sekolah yang kini berada di bawah pendampingan makmal pendidikan DD dengan dukungan CSR sebuah perusahaan swasta.
Keempatnya adalah sekolah yang mewarisi kebobrokan pelayanan yang paling dasar dari institusi pendidikan kita, dan itu tentu saja hanya contoh kecil dari institusi pendidikan kita yang lain saat ini. Cerita komite sekolah yang hanya terpajang nama tapi tanpa kerja. Cerita tentang kepala sekolah yang hanya datang pagi-pagi kemudian entah dengan alasan macam-macam sudah menghilang sejak jam 9 dengan alasan ke kantor dinas hingga ketika kantor dinas pendidikannya dikunjungi semua pegawainya sedang ada pelatihan di negeri antah berantah.
Sekolah yang orang tua dan anaknya tak ada yang menganggap penting sekolah sehingga jangankan didisiplinkan masuk, sudah mau masuk saja itu menjadi hal yang disyukuri. Sebuah sistem yang membuat kepala sekolah ketar-ketir ketika dana BOS turun lantaran ancaman yang menghadang untuk meminta jatah hingga dana itu habis sebelum waktunya digunakan untuk operasional. Sekolah yang gurunya tak pernah mengajar berbulan-bulan padahal sudah menjadi PNS. Sekolah yang membuat kepala sekolah tak berkutik untuk mengatur para gurunya lantaran bayang-bayang ancaman parang dan penjara yang membayang di kepalanya.
Memaknai Brotherhood Kami
Allahu Rabbi, hari ini aku begitu emosional melihat hal itu. Sebuah kenyataan pahit tentang pendidikan kita yang bukan saja karena memang kesalahan sistem di sekolah itu, melainkan adanya ketidakberesan dalam pemerintahan daerah kita khususnya dalam memperhatikan masalah pendidikan. Aku begitu bergemuruh hari ini mendengar semua paparan itu. Bahkan ketika Pak Romi menutup sesi hari ini dengan mengingatkan kami akan value-value yang telah diajarkan kepada kami, rasa kecamuk dalam dada ini tetap bergelora. Entah ingin mengamuk, ingin membuat gebrakan atau mungkin hanyalah gelora seorang yang dipecundangi oleh diri dan kebodohannya sendiri.
Pak Romi kembali mengingatkan tentang value Brotherhood yang disampaikan kepada kami ketika di tahun pertama. Makna nilai tersebut bukan hanya sebatas persaudaraan yang mengikat kita sebagai saudara satu akidah dan satu bangsa, melainkan itu persaudaraan atas kita para aktivis yang masih meyakini dan memegang teguh nilai-nilai yang kami sepakati. Jika kami mengkhianatinya maka persaudaraan kami berakhir dengan sendirinya. Luar biasa ternyata dampat training value itu bagi diriku dan teman-temanku yang masih bertahan hingga hari ini. Ini bukan hanya berbicara tentang idealisme, tetapi juga bagaimana bertahan dalam era yang semuanya serba penuh kemunafikan ini.
Dan ketika aku membuka tiket pemberangkatan untuk hari Senin depan, aku melihat diriku akan melintasi ibu kota ini menuju pulau terbesar yang ada di negeri ini, Kalimantan. Sebuah daerah yang berada di pedalaman dengan kualitas pendidikan yang komite sekolah dan performa sekolahnya rendah. Aku hanya bisa bersiap bersama satu rekanku dari UNSRI Palembang untuk menjalani tantangan selama 20 hari ke depan. Sebuah tantangan dalam waktu yang singkat bagi kami untuk melakukan assesment yang terbaik sekaligus melakukan hal-hal sederhana yang berguna di sana.
Maka tantangan berikutnya ada pada diri kami. Setelah 20 hari magang, beranikah aku melanjutkan pendampingan program tersebut untuk 1-3 tahun yang akan datang? Ah, hari ini kututup dengan rasa penasaran dan gemuruh yang masih berkecamuk. Allah, ampuni atas kelalaianku yang terlalu banyak bersantai hingga hari ini. Maafkan aku, ampunkan aku Ya Rabb.