Membangun Sinergi
Banyak sudah masalah kita hari ini. Putusnya sejarah, hilangnya kedewasaan dan rusaknya moral bangsa, hingga buruknya opini publik yang berimbas pada rendahnya optimisme untuk menatap masa depan. Semua telah terjadi dan itu seperti benalu yang akan terus membunuhi bangsa ini secara perlahan-lahan. Hanya ada satu kekuatan yang sanggup mengalahkan itu semua, yaitu sinergi intelektualitas dari para kaum cendikiawan yang masih hidup hari ini.
Kaum cendikiawan adalah golongan yang paling mungkin untuk independen karena mereka memiliki pola pikir yang mapan dan jauh di atas kebanyakan manusia hari ini. Siapa mereka? (tunjuk hidung sendiri) yah para mahasiswa dan kaum terdidik yang lain. Kitalah orang yang masih bisa memilih untuk mati ketika dipaksa untuk berdusta dan mengkhianati ibu pertiwi. Kitalah orang yang masih bisa memilih untuk turun ke jalan ketika melihat ketidakadilan. Kitalah orang yang bisa melakukan berbagai macam pekerjaan yang cepat dan butuh kerelaan tinggi.
Jika hari ini, ego-ego masih menancap kuat di dada kita untuk selalu tampil menjadi yang paling hebat, mari kita redam sedikit demi sedikit dengan diterjemahkan dalam berbagai aktivitas nyata yang membangun. Kita bisa dekat dengan masyarakat dan berbagi dengan mereka. Kita bisa bersahabat dengan pemerintah untuk mengawal program dan menjadi sumber informasi positif untuk kebijakan pembangunan ke depan. Kitalah jembatan-jembatan itu sekaligus pasukan yang siap untuk terjun mengukir tinta emas sejarah peradaban Indonesia.
Sudahlah, jika memang memungkinkan integrasi pergerakan pemuda Indonesia hari ini, mari kita bergabung dan melebur. Biarlah generasi yang hari ini berebut kursi tetap menikmati perebutannya sampai mereka mati semua. Hari ini, apakah kita juga akan ikut-ikutan terjatuh dalam permainan yang tidak bertanggung jawab itu. Sudahlah, kita bukan anak-anak lagi yang hobi rebutan makanan. Kita adalah kaum intelektual yang seharusnya tidak akan kehabisan akal untuk berperan sesuai dengan kemampuan dan peluang yang kita temukan. Jika yang lain telah mengambil jalan sebagai pemimpin, mari kita dukung dengan mengambil peran-peran lain yang tidak kalah penting. Pemimpin tanpa tangan kanan yang baik tidak ada artinya, bahkan tanpa rakyat yang taat.
Mari kita hentikan pembicaraan politik sempit yang hanya berujung pada partai politik dan wakil rakyat saja. Jika memang tema itu telah basi, maka biarlah ia masuk ke tempat sampah di tahun 2014 nanti. Mari kita berbicara tentang kepemimpinan dan politik yang manusiawi. Sebuah cara pandang baru membangun Indonesia masa depan. Meneruskan cita-cita Patih Gadjah Mada untuk menyatukan nusantara dalam satu bendera kejayaan. Meneruskan cita-cita Diponegoro mewujudkan negeri berdaulat dipenuhi keadilan. Meneruskan cita-cita Jenderal Soedirman tentang masyarakat yang cinta tanah air. Meneruskan gagasan besar Bung Karno dan Bung Hatta tentang negara yang kuat, mandiri dan makmur.
Itulah trend yang harus kita bangun sejak sekarang, dalam status FB kita, dalam kicauan twitter kita, dalam spirit tulisan-tulisan kita. Dalam benakku ini, aku masih bisa melihat Indonesia jaya di masa depan nanti. Menjadi negeri makmur dan sejahtera.
Epilog
Idealisme yang kutulis hari ini sebagai reaksi jiwa atas realita yang mudah sekali kita lihat di sekitar kita. Sekaligus ini sebagai doa agar Allah senantiasa menjaga diri ini dari hal-hal yang buruk di kemudian hari. Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi yang menulis untuk senantiasa teguh dalam mencintai ibu pertiwi ini. Jika ada kesalahan, maka silahkan pembaca meluruskan lewat komentar atau email langsung ke penulis. Jika ingin mengajak diskusi lebih lanjut, penulis sangat senang karena itu akan memperkaya wawasan penulis ke depan.
Kita tak akan pernah tahu hari esok kita. Tetapi sesungguhnya hari esok kita tidak akan terlalu jauh dari persiapan kita hari ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan hidup untuk kita.
Rabbana aatinaa fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqiinaa adzaabannar (Ya Rabb, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa neraka)