Pertama kali berjumpa dengan beliau, aku sempat memiliki pandangan kurang baik. Penampilan yang belum biasa kujumpai dalam konteks “orang baik” saat itu sempat membuatku tidak tertarik untuk menjadi orang yang mau “belajar” mengambil hikmah. Dan cukuplah kesombongan dan kedangkalan perasaan menjadi jawaban mengapa saat itu aku melakukan demikian. Ternyata, aku tidak lebih dari orang bodoh yang terlalu menganggap diri banyak tahu. Hah, ternyata begitu ya aku. Parah

Sosok Multi Talent

Dialah Pak Indrawan Yepe. Orang-orang yang suka dengan masalah pemberdayaan masyarakat marjinal dan orang-orang terobsesi dengan akselerasi perubahan diri, biasanya tidak mungkin tidak mengenal beliau. Dan aku yang sering berinteraksi dengan beliau, menemukan banyak talenta yang keren pada diri beliau. Tidak berlebihan jika mimpi beliau adalah menjadi ahli dengan keahalian 50 orang ahli. Yah, soalnya di beberapa keahlian yang kujumpai, beliau memang biasa mewujudkan hal itu.

Dan tidak mengherankan jika anak-anak muda yang telah bermulazamah dengan beliau akhirnya juga menjadi luar biasa. Mereka bergabung dalam sebuah komunitas bernama PINTU. Aku sebenarnya telah kenal beliau agak lama, namun karena kepengecutanku untuk segera berkembang membuatku menyingkir karena takut ditanyain ini itu oleh beliau. Ha ha, pilihan yang hari ini agak membuatku menyesal mengapa tidak dari dulu saja kuseriusi. Lagi-lagi aku payah.

Malam itu ada wejangan yang menurutku bagus buat diangkat di sini. Yakni tentang masalah meniru? Ternyata ada perbedaan filosofis antara meniru dalam perspektif barat dan timur. Bagi bangsa barat yang sarat dengan kapitalisme, maka meniru adalah sesuatu yang sangat tercela, namun hal itu tidak bagi bangsa timur seperti China dan sekitarnya. Karena bagi mereka meniru sesuatu itu adalah hal yang mulia. Makanya kemudian kebijakan China untuk membajak banyak hal hingga harganya jauh lebih murah bagi mereka sendiri dibenarkan. Dan sebenarnya masalah tiru meniru dalam hal teknologi hendaknya semakin menumbuhkan iklim kompetisi yang positif, seperti dalam postingan berikut. Bagaimana dengan Indonesia? Kayaknya harus belajar mengenali karakter bangsa sendiri dah, biar tidak ruwet kayak hari ini, karena banyak bertabur orang-orang bodoh yang malas belajar dan orang-orang cerdas yang berkhianat.

Teman-Teman yang Inspiratif

Setelah merasa tua dan ketinggalan kompetensi barulah aku menyadari bahwa pilihanku dahulu itu tidak tepat. Dan sekarang aku berikhtiar untuk mengakselerasi potensi ku bersama komunitas ini. Aku berharap dapat melejit lebih dari apa yang telah kurasakan saat ini. Rasanya aku orang yang paling pas-pasan sendiri deh kalau sudah berkumpul dengan teman-teman di PINTU. Namun aku yakin bahwa aku punya sesuatu yang berbeda dan itulah potensi yang akan kukontribusikan nantinya.

Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Keluarga baru ini, basecamp yang sangat ramah menjadi tempat penempaan kerendahan hatiku telah mengingatkanku kembali pada memori silam ketika masih di sebuah pondok kecil di belakang masjid Agung. Dan semoga dengan kamar baruku dan lingkungan yang baru di tempat tinggalku hari ini, semangat dan produktivitasku semakin bagus. Semoga. Semoga. Dan semoga bisa tercapai. Amiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.