Hari yang Monoton

Usai menikmati pinggiran sungai Berau dan eksotisme kota tersebut, kami kembali ke pedalaman Samburakat, tempatku berdiam untuk beberapa ini. Memang ini pedalaman, tapi jangan dibayangkan tempat tinggal orang-orang primitif. Bangunan rumah berdiri tak beraturan di sana sini. Mobil-mobil mewah ada yang terparkir di beberapa rumah mereka, atau aneka sepeda motor laksana dealer dipajang di depan teras rumah. Tak ada yang menjaga dan kata orang sini semua aman dibiarkan diluar saja. Kalau pun hilang, ya tinggal beli lagi.

Dan siang sampai sore itu, kami lewatkan hari-hari dalam nuansa terpanggang di bawah atap seng sambil bersabar menghadapi 5 ranger tetangga sebelah (dalam cerita sebelumnya adalah musisi yang sering konser di siang hari) yang tampak kelaparan. Mereka merampoki segala makanan yang terhidang di depan kami. Bahkan keripik pisang buatan mas Baihaqi yang belakangan diketahui ternyata adalah sampah buangan mereka lahap juga. Hemm, inikah potret banyaknya anak tapi tak begitu dirawat dengan baik.

Meski ada rasa kasihan, tapi mereka tetap anak orang. Kata mas Baihaqi setiap hari mereka disumpah serapahi oleh orang tuanya sebagai anjing, anak nakal atau apalah. Lalu yang menyumpahi mereka sebenarnya siapa coba. Itulah potret pendidikan orang tua di sini dalam mengajari anak-anak mereka. Mungkin tak semua, tapi tetangga sebelah adalah contoh dari kebanyakan. Dan aku lagi-lagi cuma tertegun dengan kelincahan mereka yang mencoba menjamah apa pun yang ada di kontrakan aneh kami. Terpaksa kuhalau dan kukunci pintu agar aku bisa menikmati istirahat di dalam sauna ini.

Dalam buku Garis Batasnya mas Agustinus Wibowo, beliau bercerita bagaimana penduduk di Tajikistan dan Kyrgiztan menjalani hari-hari mereka dalam nuansa yang monoton. Kami pun tak jauh beda hari ini. Mau keluar tak tahu di mana mas Baihaqi pergi dan kami tak ditinggali kunci maka kami tak bisa mengunci kontrakan dari luar. Dan semua menjadi membosankan, padahal ini baru hari kedua kami di sini. Maka aku berkata kepada temanku, kita harus mencari petualangan baru. Yah, nanti malam kita coba mencari jalan untuk pindah dari kontrakan ini biar tidak merepotkan mas Baihaqi sekaligus dapat merasakan tantangan baru.

bersambung …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.