Setelah KRL mulai berjalan, aku bisa beristirahat dengan santai. Ternyata KRL yang katanya sampai orang berdesak-desakan naik di tas gerbong pagi ini ga begitu. Dan nyaman banget. Yang pasti anti kemacetan. Ya iyalah, wong ga ada sepeda motor dan angkutan lain yang lewat rel.

Dan …. hapeku hampir lowbat, padahal belum sampai Stasiun UI. Tapi setidaknya udah dapat balasan dari shohibku Ibnu Budiman, dan dia siap menunggu di sana. Oh hapeku, jangan mati dulu ya. Dengan metode hidup – matikan akhirnya aku sampai di stasiun UI. Setelah menunggu di halte sambil membaca si KOMPAS, datanglah beliau dan kami segera berjabat tangan. Meski baru bertemu untuk kali keduanya, akhirnya kami sudah akrab seperti teman sendiri di kampus. Inilah enaknya sebagai teman yang telah memiliki kesamaan visi kebangsaan. Ada aja pembicaraan yang unik dari kami.

Selanjutnya kami menumpang bus gratisan ke kampus MIPA UI dan ke PusGiWa. Pus Gi Wa = pusat kegiatan mahasiswa. Itu kalo di kampus sering disebut Porsima dan Grha UKM. Nah rasanya sesuatu banget bisa masuk ruangan KSM Eka Prasetya (semacam SIM kalo di UNS). Di sana saya kemudian mandi dan menulis beberapa postingan sambil menunggu Ibnu melakukan wawancara untuk penelitiannya. Alamak, dia angkatan 2009 padahal, tapi udah hampir menyusulku bahkan mungkin mendahuluiku. Setelah cukup di PusGiWa dan aku telah memfoto-foto karya UKM yang sudah 29 tahun berdiri itu, perjalanan kami lanjutkan di masjid UI. Gedhe banget dah. Lebih gedhe dari NH. Aku bisa shalat dengan tenang di sana.

Setelah itu kami makan siang. Nah, kekonyolan muncul lagi. Waktu pesan makanan ada

menu-menu yang menarik. Sebenarnya makannya itu biasa mulai dari lumpia ayam, ayam bakar, ayam panggang dll. Tapi menunya dinamai dengan klub-klub sepakbola terkenal. Aku memesan Barcelona. Apa itu? Lihat foto di samping aja. Sambil makan, eh ketemu dengan temannya Ibnu yang kebetulan peranakan Solo, tapi tinggalnya di jakarta. Dia pegiat Himpi kampus loh. Wah jaringan baru. Dan aku kagum bahwa pembicaraan kami itu bener-bener berkelas. Karena aku bertemu dengan dua anak geografi yang sedang melakukan penelitian, yang satu geografi sosial, yang satunya geografi politik. Tahu ga apa geografi politik? Simak di edisi lainnya. Mungkin ini ya kultur yang mau ga mau akan membentuk anak-anak UI itu memiliki kualitas pembicaraan yang lebih bagus dan berisi sehingga di kesempatan-kesempatan tampil di muka umum, mereka lebih pede dan siap karena memang tiap hari sudah terbiasa berdiskusi dan mencerna berbagai realita.

Setelah puas di sana, aku diminta Ibnu ke perpus pusat UI. Sesampai di sana, hemmmmm ….. iki kampus apa museum ya cah. Apik tenan. Luar biasa. Depannya danau yang hijau dan di seberang sana ada balairung dan gedung rektorat yang berdiri megah. Perpusnya juga sangat megah. Karena Ibnu belum datang, aku juga sungkan masuk ke dalam. Akhirnya aku jalan-jalan saja dan melihat-lihat pemandangan dan juga pameran.

Ekskursi Mentawai 2012

Dan pameran yang sangat keren adalah ekspedisi temen-temen fakultas teknik UI untuk melakukan ekskursi lapangan di kepulauan mentawai. Diketahui bahwa 25 mahasiswa menjadi satu tim ekspedisi untuk membedah keindahan kepulauan Mentawai. Mengapa mentawai? Dalam sebuah prolog yang tertulis di pintu masuk gedung pameran, karena Mentawai masih menyimpan keelokan dan keasliannya di saat banyak orang tak mengetahui betapa kayanya budaya dan betapa uniknya bangsa kita.

Dalam pameran itu disajikan berbagai gambaran mulai dari hasil pemetaan wilayah, fotografi kondisi lingkungan hingga artifak. Begitu detil lengkap dan meyakinkan. Bahkan ada film dokumenternya juga. Yang terbayang dikepalaku seandainya kampusku bisa melakukan ekskursi selengkap itu. Seumur-umur aku kuliah eskursi semacam itu belum pernah ada di kampus. Yang mirip-mirip dengan itu sepertinya apa yang pernah dilakukan Pak Tanto di Segoro Gunung, kemudian secara pribadi oleh komunitas Pintu dan mungkin juga nanoclub di masa itu, tapi masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan teman-teman UI ini.

Aku bermimpi suatu saat SIM akan melakukan ekskursi yang mampu menjadi nilai tambah suatu daerah. Mungkin tunggul rejo yang mulai disentuh tahun ini akan layak untuk diekskursi lebih lanjut sehingga menghasilkan nilai lebih berupa dokumenter yang akan memberikan gambaran nyata kiprah mahasiswa hari ini, yang tidak hanya pandai berteori namun juga pandai dalam aplikasi dan dekat dengan masyarakat. Karya yang sederhana namun sarat inspirasi, karya yang mudah diingat namun sarat istiqomah, dan tentunya karya yang merupakan realisasi ketulusan hati untuk mengabdi dan menjadi solusi, bukan sekadar seremonial apalagi formalitas palsu nan menipu….. bersambung

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.