Rakernas dan Suasana Hangat bercampur Bosan, 18-19 Agustus 2011

Hari ini setelah kami menikmati jalan-jalan menghirup udara segar kota Malang, sampailah pada inti acara yang paling membosankan, Rapat Kerja Nasional. Nama Rakernas sangat mentereng untuk digunakan sebagai tagline. Tapi siapa yang tertarik untuk menjalaninya jika kita mengetahui kompleksnya perdebatan dan diskusi pada pasal-pasal yang membosankan. Meskipun demikian, aku yakin yang ini tidak separah Musyarawah Nasional di beberapa bulan lalu.

Setelah membaca berbagai draft yang berisi pasal-pasal dan program kerja, aku memilih duduk di kursi belakang. Entahlah, pokoknya kalo tidak begitu menarik dan esensial aku bersiap dengan buku yang aku bawa atau tidur. Ya beginilah caraku dari pada larut dalam pembahasan sidang yang memang udah sering kujalani di pembantaian-pembantaian akhir kepengurusan di kampus. Praktek debat tak solutif itu makin lama makin membosankanku. Dan aku telah say good bye.

Hingga malam hari, acara ini tetap berlangsung. Hingga esok harinya tetap berlangsung. Perdebatan beberapa faksi yang terus mengunggulkan program mereka disaksikan oleh para netraler seperti kami belum menemukan titik temu. Meskipun lobi dari pintu ke pintu telah dijalankan waktu malamnya, tetap saja berakhir buntu. Akhirnya kami sadar, salah satu harus kami bujuk agar mengalah. Mengalah bukan berarti kalah, tapi kedewasaan agar masalah segera selesai dan kita bisa berlanjut ke acara berikutnya. Kesimpulannya sidang selesai.

Kamis malam, usai tarawih kami diributkan dengan salah satu ulah mahasiswa dari kampus seni Yogyakarta. Dia mencak-mencak lantaran dituduh mencuri uang bendahara panitia yang raib ratusan juta, uang kegiatan rakernas. Wow, kami hanya bengong dan saling pandang. Mas Rico, begitulah nama mahasiswa itu yang berwajah artis meski gondrong seperti limbad marah-marah lantaran dirinya dicurigai sebagai pencurinya. Malam yang kami harusnya tenang setelah mbulet-mbulet 2 hari akhirnya menjad malam berang.

Hampir 1 jam suasana panas berlangsung. Beberapa orang mulai terpancing dan saling tuduh menuduh. Kami tetap saja bengong tak mengerti apa yang tengah mereka lakukan. Tapi kemudian, temanku yang dari Universitas Jember berkata, “Tenang, nanti berakhir indah kok!“. Apa maksudnya?

Benar saja, kami baru baru saja menyaksikan drama yang super keren yang dibintangi oleh mas Rico, mahasiswa bidang seni peran ISI Yogyakarta. Karena drama ini untuk memberi kejutan kepada sang bendahara yang telah nangis sejak sore lantaran uangnya raib. Dia berulang tahun hari ini. Dan aku pun mengerti maksud kawanku tadi. Iya, memang berakhir indah kok. Dan malam ini kami menutup sesi Rakernas ILP2MI dengan berpesta dan berfoto bersama. Hampir larut tengah malam, padahal ini suasana Ramadhan.

bersambung …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.