Ini adalah kisah lucu yang mengawali perjalanan kami hari ini, hari yang spesial yaitu 12.12.12 yang kata film 2012 hari ini akan terjadi bencana besar. Betulkah? Alhamdulillah hari ini masih ada kok. Agenda hari ini tidak ke kampus seperti biasa karena Prof. Tausch dan tim sedang memberikan pelatihan kepada para guru di Wuppertal. Jadinya kami mengagendakan untuk jalan-jalan ke kota Muenster dan Dortmund. Meskipun hujan saljunya sangat deras dan cukup tidak enak sebetulnya buat jalan-jalan, kami tetap nekat, karena kapan lagi bisa jalan-jalan selagi masih di Jerman. Kalo ditunda makin ke sana musim dingin menuju puncaknya.
Sesuai dengan janji kemarin dengan salah satu dosen kami yang mengambil Ph. D di sini, kami akan berangkat ke Muenster dengan kereta pukul 09.45. Dasar mahasiswa yang suka mepet-mepet, kami datangnya ke Stasiun Wuppertal (Wuppertal Hauptbahnhof) sangat mepet. Hal yang lucu adalah waktu kami memesan tiket grup untuk perjalanan kami hari ini. Karena kemarin udah diajarin dan merasa ga akan menemui masalah. Eh ternyata apes, mesin yang kami pake buat memesan tiket tidak mau menyecan uang 10 euro kami. Alhasil si mesin baru mau memberi tiket kami setelah uang 10 euronya kami ganti dengan yang lebih besar dan dia memberikan kembalian kepada kami. Ealah, mesin aneh. Dan tahukah? Kami menghabiskan 15 menit lebih untuk mencetak tiket kami, hingga akhirnya kereta yang kami maksudkan telah berangkat. Nasib-nasib.
Karena kami akan pergi lintas kota di negara bagian NRW, kami memesan tiket lokal NRW untuk kolektif. Program layanan tiket kereta di sini menarik. Tiket harian personal untuk NRW 27,5 euro, sedangkan untuk grup 5 orang hanya 37,95 euro ya jelas kami berempat memilih yang tiket grup lah. Secara murah bayarnya dan nanti bisa kami pakai seharian meski ganti-ganti kereta sampai 50 kali. Karena tiket berlaku dari jam 8 pagi sampai jam 3 malam hari berikutnya. Dan tiket itu berlaku untuk semua jenis angkutan lokal mulai dari kereta hingga bus kota. Pokoknya di sini itu layanan transportasi itu benar-benar sangat memuaskan, meskipun ketika musim dingin seperti sekarang delay kereta dan bus itu sering terjadi hingga 20 menit karena kondisi medan yang bersalju dan berbagai perubahan jadwal mendadak akibat buruknya cuaca.
Sebenarnya kalo kami sudah hafal, kami bisa menaiki kereta setelahnya yang paling dekat jeda waktunya. Nanti pindah-pindah kereta saat di stasiun-stasiun tertentu. Karena info online tersedia selalu di mesin pencetak tiket tanpa harus ribet kayak di Indonesia. Lagi pula sistem layanan tiket kereta di sini itu sangat praktis. Dan untuk kereta-kereta lokal di sini tidak ada penjaganya seperti di Indonesia yang masuk stasiunnya saja sampai dijaga ketat. Kalau aku masih kena virus orang Indonesia, bisa saja keliling sepanjang kota di sini tanpa tiket. Cuma kalo lagi apes diperiksa didenda 40 euro, atau sama dengan 500rb. Yah, karena masih takut dan khawatir tersesat, karena semua tempat Jerman only kami memilih keberangkatan kereta yang sama satu jam lagi.
Akhirnya kami mendapati kereta dengan tujuan yang sama setelah satu jam berlari-lari kecil karena kedinginan menunggu. Di dalam kereta kami bisa istirahat dan menghangatkan badan sambil tidur nyenyak. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan siaran di kereta bahwa kereta telah sampai di Muenster. Buru-buru kami turun di sebuah stasiun yang sangat kecil, bahkan hanya yang berjenis halte kecil. Wah, masak Muenster yang katanya lebih gede dari Wuppertal kayak gini. Aku punya firasat kami salah turun. Untung di dekat situ ada seorang gadis cantik (yang belakangan ternyata seorang ibu yang mau menjemput puteranya yang sekolah di pusat kota Muenster) yang mau memberi informasi kami dalam bahasa Inggris. Bener, kami salah turun stasiun. Efek roaming bahasa Jerman, begitu dengar kata Muenster kami asal turun saja, padahal baru di Hilstruf Muenster, belum yang Muenster Hauptbahnhof. Aduh, gimana ini, kasihan Pak Ahmad yang telah menunggu kami satu jam yang lalu. Parah.
Untung mbak (eh maaf maksudnya Ibu tadi) juga mau ke Muenster. Akhirnya kami ikut dia naik bus lokal (seperti di Wuppertal) dengan tiket NRW tadi. Seharusnya 5 menit dengan kereta dari sudah sampai Muenster Hbf, kami harus muter-muter sampai setengah jam untuk mencapai Muenster Hbf dengan bus lokal. Di sini baik kereta dan bus lokal semua menuju pada jurusan pusat kotanya dengan nama Hauptbahnhof (stasiun utama), sehingga sebenarnya kalo sudah tahu kita bisa mudah ke mana-mana, caranya naik kereta atau bus sembarang menuju Hbf dulu, baru kemudian kita cari kereta atau bus yang kearah tujuan kita. Simpel kan. Masalahnya ya Jerman only, dan tidak semua orang mau menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. Tapi katanya di Jerman, orang-orangnya masih enak, tidak sefanatik di Perancis dengan bahasa nasionalnya. Tapi, mengapa orang Indonesia justru mengalami penyakit ke-Inggris-an atau ke-Arab-an. Parah baget nih kita. Atau memang kita tidak pede dengan bahasa kita sendiri. Memalukan. Demikian kisah pembuka yang sangat tidak jelas dan tidak penting ini.
Hai Ardika pengalaman yg akan terlupakan ya, salah turun stasiun :D, kalau salah harus tunggu kereta berikutnya biasanya satu jam kemudian.
Nama-nama stasiunnya harus dengar atau baca dg jelas, misalnya saja saya tinggal di Sinsheim, nah ada 3 stasiun dengan kata Sinsheim, mulai Sinsheim Hbf, Sinsheim Museum/arena dan Sinsheim Steinsfurt.
Kalau di Paris ga ada yg bisa ditanya, kita pakai bhs Inggris dijawab bhs Perancis, roamingg deh :D.
Hadew. Wah, ketika ke perancis harus bener2 belajar dulu nih. Hemm, sebelum sampai ke pekan IV nanti. Jangan2 sampai Paris ga bisa pulang malahan
Bisa pelajari dulu peta trabsportasi Paris. Ada ko di internet. Peta juga disediakan di loket tempat beli tiket bus, atau di hotel ada juga gratis ko.
Oh ya saya pernah posting pengalaman saya ke Paris dengan dua sahabat saya http://pursuingmydream.wordpress.com/2012/10/26/paris-je-taime
Oh iya mbak, terima kasih banyak loh ya
assalam,,, salam kenal saya evi, sy punya mimpi untuk dapat melanjutkan study ke jerman, pendidikan terakhir sy S2 bidang pendidikan IPA konsentrasi pendidikan kimia, sy sudah baca tentang beberapa karya tulis prof. Tausch,sy tertarik dengan bidang yang ia geluti cuma masalahnya sy belum punya keberanian untuk mengontak beliau untuk meminta rekomendasi,,, sy mhn bantuan pak Ardika untuk memberikan tips dan trik memperoleh rekomendasi dari dosen di jerman,,,,sy tunggu infonya pak, klu tidak keberatan ini alamat email sy evisapinah@yahoo.com. trmksh
sudah saya balas di email jenengan bu