Pendirian Negara Israel adalah persoalan ideologis, ajaran dari Talmud. Zionis adalah operatornya. Zionis bisa disebut sebagai oknumnya Yahudi. Meskipun secara umum orang Yahudi setuju dengan ajaran pendirian negara Israel, tapi banyak sekali orang Yahudi yang tidak setuju dengan model negara Israel saat ini, yang diktator dan merampas hak-hak manusia. Makanya kalau lagi musim pembantaian mereka ikut menentang aksi tak berperikemanusiaan itu. Maka dari itu, untuk melawan propaganda zionis itu dibutuhkan pula perlawanan yang sifatnya ideologis.
Sebuah kekuatan kecil yang solid telah mendesain Perang Dunia I untuk meruntuhkan pusat-pusat imperium (secara otomatis juga pusat ekonomi, sehingga kala itu perekonomian dunia terjadi perimbangan, tidak dimonopoli IMF seperti sekarang) dengan cara mengadu domba mereka untuk saling berperang. Lalu dilanjutkan dengan Perang Dunia II untuk memecah belah imperium-imperium dunia menjadi negara kecil-kecil yang terlilit hutang sehingga mau tidak mau hutang kepada embrionya IMF dan tangan panjangnya. Kabar baiknya, di saat banyak negara justru berpecah belah mengikuti aturan Nation State (negara bangsa), bangsa-bangsa di Nusantara malah bersatu membentuk sebuah persatuan bangsa-bangsa yang dikenal dengan Indonesia.
Sejak perekonomian dimonopoli oleh IMF dan tangan panjangnya, dimana bosnya IMF (kamu mesti menelusuri ini) adalah bagian dari yang bikin negara Israel itu, maka terjadilah ketidakwajaran ekonomi yang parah. Sistem ribawi yang diciptakan oleh IMF (mengharamkan emas sebagai alat pembayaran dan melegalkan uang kertas dengan mekanisme pasar) membuat kita semua masuk dalam jurang kegelapan. Apa dikira krisis ekonomi dunia saat ini semata-mata karena pengaruh pasar? Jika pasar secara global dikendalikan oleh satu sistem keuangan yang sama, apakah tidak lebih cocok kita curigai bahwa terjadi permainan ekonomi agar negara-negara yang kaya SDA dimiskinkan dan negara-negara yang maju dibelit hutang? Apakah krisis global ini alami, atau didesain secara berkala?
Ada yang bilang dengan politik semua itu bisa diatasi. Mungkin dulu masih iya. Kalau sekarang, politik itu tunduk di bawah kepentingan ekonomi. Makanya politik dijadikan instrumen penguasaan ekonomi. Yang masih mendewa-dewakan politik tanpa pijakan ideologi yang benar, bisa dipastikan bahwa dia juga cuma cari bagian. Bukan salahnya dia berpolitik, tapi memang sistem global telah menjebak siapapun yang terlibat dalam sistem politik mainstream saat ini akan menjadi bulan-bulanan para kapitalis. Kalau ada politisi yang anomali, nasibnya sudah jelas, seperti John F. Kennedy, Bung Karno, Saddam Hussein, Muamar Qadafi, dll termasuk Soeharto di 10 tahun akhir kepemimpinannya. Ada yang bisa bertahan dari gempuran global dan wafat dengan nama harum dari rakyat yang mencintainya, ada yang tumbang di tengah jalan dengan nama yang “diburukkan”.
Makanya perlawanan ideologis yang dimaksud sangat mendasar. Mulai dari pola pikir dan kemampuan bertahan secara alami. Mengamalkan kembali nilai-nilai Quran dalam pola hidup dan bermain cantik di celah-celah kegelapan ini. Dan salah satu program besarnya adalah menggalang persatuan. Ini yang paling sulit, karena kita memang didesain untuk tidak bisa bersatu, selalu diadu domba agar berpecah belah. Karena kalau terjadi persatuan lalu kita bisa membangun sistem ekonomi mandiri dan pendidikan yang independen, maka kekuatan politik kita akan bangkit lagi. Ini kekuatan politik yang sesungguhnya lho, bukan yang partisan kayak sekarang.
Saya sama sekali tidak meremehkan perjuangan yang sudah berjalan. Tetapi kita perlu introspeksi bahwa perjuangan yang ada saat ini masih mandeg di level politik semata. Padahal metode politik rawan dipecah belah dan diadu domba, ia bisa dikendalikan oleh intervensi ekonomi dan virus-virus pemikiran partisan. Makanya tidak heran jika di Palestina sendiri, mereka diuji dengan ujian yang berat. Bukan soal melawan Israel-nya, tetapi menyatukan faksi-faksi perlawanan agar saling setia untuk melawan Israel. Jika mereka bersatu, Israel pasti tidak akan pura-pura jadi korban kayak sekarang. Kemampuan Israel tidaklah lemah seperti yang dibayangkan sekarang, mereka sedang menyusun kekuatan penuh untuk menyambut datangnya “Sang Juru Selamat” palsu.
Dengan teknologi Google Maps yang sudah kita rasakan manfaatnya. Dengan Facebook yang bisa bikin kita menikmati hangatnya komunikasi. Dan dengan semua kecanggihan yang ada hari ini, berarti ada sekian tingkat teknologi yang lebih mutakhir sudah dikembangkan dan dijalankan oleh mereka yang lebih berkuasa dan berada di belakang layar. Tolong kita jangan goblok-goblok banget lah. Ada lapis-lapis penipuan dan kamuflase yang ada di sekitar kita. Mari kita gunakan akal sehat kita, agar kita tidak mudah bersumbu pendek, tidak mudah gelut dengan saudara sendiri, dan semakin waspada dengan segala tipu daya yang ada.
Jika kita tidak segera menyadari pentingnya membangun perjuangan yang ideologis. Maka kita hanya akan pesta air mata, menyaksikan kedunguan yang parah dan pembantaian saudara-saudara kita oleh adu domba.
Surakarta, 4 Maret 2016