Dilihat secara sistem, akurasi kawalpemilu.org bisa jadi lebih tinggi daripada situngnya KPU. Meski demikian tidak berarti hasilnya nanti akan saling bertolak belakang. Dari 70-an % data yang masuk, suara petahana sudah berjarak 10-an juta dari penantangnya.

Sejak awal saya sendiri melihat kemungkinan besar petahana menang. Beberapa faktornya, petahana bisa memilih cawapres yang relatif bagus dalam mendulang suara (dari kalangan NU). Di sisi lain, cara penantang berkampanye tidak mengalami peningkatan, bahkan menurut saya lebih buruk dibandingkan 2014. Padahal banyak bahan yang bisa digunakan untuk men-smash petahana mulai dengan menguliti janji-janji petahana yang tak terealisasi, terutama soal ekonomi, lingkungan, dan penegakan HAM. Tapi sepanjang kampanye dan debat nyatanya tema-tema krusial itu tidak pernah muncul.

Dari dua hal itu, saya mendapat gambaran bahwa si petahana kemungkinan menang, walau hanya menang tipis. Selain itu, dalam pemilu yang melibatkan petahana, pasti juga ada unsur-unsur X yang ikut bermain. Belum tentu juga itu keputusan tim petahana. Yang jelas ada pihak-pihak yang menginginkan status quo sehingga mereka merasa perlu ikut mengintervensi jalannya pemilu agar petahana dan tim yang sekarang sudah ada kembali berkuasa. Hal ini sudah terbukti di pemilu 2009, di mana para penantangnya dikadalin bahkan hingga di tingkat MK. Padahal tingkat kekacauannya ya besar juga. Cuma tidak semencolok hari ini di mana banyak korban jiwa berjatuhan dan salah input C1 yang lumayan banyak.

Jika di tanggal 22 Mei nanti petahana beneran menang, itu bukan hal yang mengejutkan. Jika ternyata justru penantangnya yang menang, tentu sisa inputan yang belum masuk akan menunjukkan penantang mengejar suara petahana. Tapi bagi rakyat macam kita, seharusnya hal semacam ini biasa-biasa saja. Sebab siapa pun nanti yang jadi, proyek OBOR dan IMF akan terus berlanjut kok. Dolar akan terus masuk ke negeri ini dan membuat rupiah menguat. Silahkan itu disebut prestasi atau beban masa depan, sebab masuknya dolar itu maksudnya investasi, bahasa kasarnya adalah hutang. Yang hutang ya pemerintah dan pelaku usaha, tapi secara sistem nanti rakyat harus ikut membayar. Kalau nggak sekarang, ya berarti anak cucu kita nanti. Wis siap?

Surakarta, 8 Mei 2019

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.