Tes kecil ini pernah kulakukan, ketika aku diminta berbagi di sebuah forum pergerakan Islam, aku bertanya kepada kader-kader yang warbyasah itu apakah mereka sudah mengkhatamkan buku babon yang menjadi rujukan ideologinya? Yang ngacung 2 orang. Hebat.

Kemudian pas mau kampanye pemilu, aku nanya ke aktivis yang menjadi pendukung parpol-parpol itu, apakah mereka sudah membaca informasi di web resminya, mengunduh renstra yang diunggah di sana. Ternyata kebanyakan aktivis yang warbyasah itu malah tidak tahu. Lho, piye sih.

Termasuk ketika mulai mengagumi para tokoh besar dunia, apakah kita terbiasa membaca biografi dan jejak kiprahnya. Yang mengagumi Erdogan, sudahkah membaca biografinya, meneliti AKP-nya. Jangan-jangan lagi-lagi juga cuma jadi fansboy kayak yang sebelum-sebelumnya.

Aku hanya suka belajar, bertanya dan menyelidiki setiap hal yang membuatku penasaran. Aku tidak anti parpol, dan aku juga tetap punya kecenderungan politik juga lewat parpol-parpol berbasis Islam. Tapi karena aku berangkat dari proses belajar, aku punya kritisme yang sangat tinggi terhadap parpol. Tapi aku tidak tinggal diam jika ada yang ngawur bikin tuduhan macam-macam terhadap parpol tanpa analisis yang dapat dipertanggungjawabkan, khususnya parpol berbasis Islam.

Begitu pula dalam menapaki kehidupan ber-Islam. Apa kita langsung ngerti sak klek. Yo pasti ada proses belajar puannnjaaaaannnng banget. Selama kita terus belajar, selama itu pula kita akan terus mendapatkan pencerahan demi pencerahan. Semoga kita dihindarkan dari sikap fanatik buta dan pemikiran yang ekstrim, terutama pemikiran takfiri.

Juwiring, 3 Januari 2016

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.