Ini zaman pencitraan di mana setiap hal harus diverbalkan, ditampak-tampakkan, dan setiap orang saling curiga-menyelidiki yang lainnya tersebab ketiadaan rasa percaya pada sesamanya.
Ini zaman di mana manusia direndahkan sebagai faktor produksi setara dengan mesin. Di mana kreativitas yang merupakan fitrah setiap individu tidak dihargai sehingga mendorong terciptanya ekstrimisme kreativitas yang menyimpang dari fitrah, yang ujung-ujungnya juga soal kapitalisme.
Begitu lucunya, mari kita tertawa dan selalu bersabar merunut setiap pembicaraan, dimana biasanya ujung-ujungnya selalu bermuara pada soal dagang alias jejualan. Tapi itulah kenyataannya, kita pun sekali dua kali hingga tak berbilang kali pun harus menyesuaikan diri.
Tapi setidaknya, di saat semua kedaulatan manusia diberangus, Allah masih menyisakan ruang kedaulatan yang itu bisa kita pilih apakah tetap dijaga atau dihancurkan. Yakni kedaulatan iman dan akal. Lupakan bicara kedaulatan wilayah, kebudayaan, politik, ekonomi dll, itu sudah hilang sejak lama. Mari kita tinjau kedaulatan iman dan akal kita, karena ia pun rawan hancur dirongrong oleh serangan opini pemikiran dan hoax yang hari ini berjibun banyaknya.
Surakarta, 2 November 2015